Archives for February 2015

Saham-saham Wall Street Turun Tipis

INILAHCOM, New York – Saham-saham di Wall Street berakhir turun tipis, Jumat atau Sabtu (28/02/2015) pagi WIB. Namun masih mendekati rekor tertinggi menutup kinerja bulanan (Februari) terbaik sejak 2011.

Saham-saham mendapat bantuan dari perkiraan baru pertumbuhan ekonomi AS kuartal keempat yang datang lebih baik dari perkiraan. Meskipun merosot 6,24 poin (0,30 persen), Jumat (27/02/2015), indeks berbasis luas S&P 500 mencetak bulan terbaik sejak Oktober 2011, menempatkan kenaikan 5,5 persen, menjadi berakhir pada 2.104,50.

Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 81,72 poin (0,45 persen) menjadi 18.132,70, dan indeks komposit teknologi Nasdaq jatuh 24,36 poin (0,49 persen) menjadi 4.963,53. Perkiraan resmi pertumbuhan AS pada kuartal Oktober-Desember 2014 direvisi menjadi 2,2 persen dari estimasi awal 2,6 persen.

Pemotongan tajam telah diperkirakan oleh pasar, dan analis mengatakan angka itu menunjukkan ekonomi sekarang sedang tumbuh pada kecepatan cukup besar 3,0 persen atau lebih baik. Coca-Cola memimpin kenaikan saham-saham unggulan (blue-chips), melompat 2,0 persen karena melonjaknya keuntungan segera setelah menjadi mitra minuman energi Monster Beverages.

Saham Monster melonjak 13,1 persen dipicu kenaikan 65 persen pada keuntungan kuartal keempat, dibantu oleh kenaikan 12 persen dalam penjualannya. Coke menandatangani kesepakatan Agustus lalu untuk membeli 16,7 persen saham di Monster, dan itu akan ditutup dalam beberapa bulan mendatang. Saham Monster telah naik dua kali lipat sejak kesepakatan itu diumumkan.

Pengecer pakaian The Gap melonjak 3,1 persen setelah dewan direksi mengumumkan kenaikan dividen dan menambahkan satu miliar dolar AS untuk pembelian kembali sahamnya. Gap, pemilik merek Banana Republic dan Old Navy, mengatakan laba kuartal keempatnya naik 10 persen dari setahun sebelumnya, dan sedikit di atas perkiraan.

Perusahaan memperkirakan penurunan pada laba per saham tahun penuh 2015 menjadi 2,75-2,80 dolar AS dibandingkan dengan 2,87 dolar AS pada 2014, menyalahkan fluktuasi mata uang yang menantang dan dampak dari pemogokan panjang tiga bulan di pelabuhan West Coast yang berakhir pada Sabtu. Pengecer yang sedang kesulitan JC Penney jatuh 6,8 persen setelah mengejutkan para pemegang sahamnya dengan kerugian 59 juta dolar AS untuk kuartal penting akhir tahun. Tetapi Penney mengatakan penjualannya naik 4,4 persen dari setahun sebelumnya.

Herbalife, pemasar langsung suplemen gizi, jatuh 10,9 persen setelah laporan kuartal keempatnya menunjukkan keuntungan yang kuat tetapi pendapatannya lebih rendah dari perkiraan. Harga obligasi sedikit lebih rendah. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 2,00 persen dari 1,99 persen pada Kamis, sementara pada obligasi 30-tahun naik ke 2,60 persen dari 2,59 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah. [aji]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

PT Jasa Marga Menargetkan Pendapatan Non-Tol Hingga Rp8 Triliun


shadow

Financeroll – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. menargetkan pendapatan non-tol perseroan pada tahun ini dapat memberikan kontribusi lebih dan menyentuh besaran 10% dari total pendapatan keseluruhan.

Bila mengacu pada target pendapatan Jasa Marga (JSMR) 2015 sebesar Rp8 triliun (di luar pendapatan konstruksi), perseroan berharap setidaknya pendapatan dari sektor tersebut bisa mencapai Rp800 miliar, atau naik 37,22% dari perolehan tahun lalu.

Pendapatan non-tol 2014 JSMR tercatat sebesar Rp583 miliar, atau 6,36% dari total pendapatan keseluruhan yang mencapai Rp9,17 triliun (termasuk pendapatan konstruksi). Jumlah pendapatan tersebut telah mengalami peningkatan 14,7% dibanding tahun sebelumnya, sebesar Rp508 miliar.

“Saya rasa mestinya bisa double digit pada tahun ini. Sumbangan terbesar dari pendapatan non-tol ini melalui pemasangan iklan dan rest area,” kata Direktur Keuangan Jasa Marga Reynaldi Hermansjah seperti dikutip dari Harian Bisnis Indonesia.

Selain itu, pendapatan dari sektor properti diharapkan dapat pula berkontribusi, walaupun besarannya masih kecil. Properti masih dalam tahap awal, jadi masih sedikit.

Tahun ini, JSMR menyediakan anggaran sebesar Rp150 miliar kepada PT Jasamarga Properti untuk belanja modal.

Anak usaha di bidang properti tersebut telah mempersiapkan pengembangan di dua lokasi.

Pertama adalah untuk proyek gedung perdagangan dan apartemen di Bogor, dan gedung perdagangan dan perkantoran di Ciledug.

Sementara itu, dari bisnis yang dirintis antara JSMR dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dalam pengembangan jaringan kabel optik, kemungkinan belum akan berkontribusi pada pendapatan 2015.

Seperti diketahui, perseroan telah menjadi kerja sama sejak tahun lalu dengan investasi mencapai Rp50 miliar.

Sebelumnya, Direktur Utaman JSMR Adityawarman menyebutkan pembentukan anak usaha JSMR-TLKM tersebut telah dibahas di Kementerian Hukum dan HAM.

“Kita memanfaatkan lahannya saja, pionirnya mereka. Mereka yang lebih ahli untuk ini. Untuk pendapatannya belum dapat gambaran saat ini. Secara total, pendapatan non-tol bisa 10%, dari posisi 2014 sekitar 5%,” tuturnya.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Menperin Saleh Husin: Ubah Paradigma Industri Otomotif !


shadow

FINANCEROLL – Bekasi, Industri otomotif nasional selama ini dinilai masih berorientasi ke pasar dalam negeri. Akibat kebijakan pengembangan yang masih berorientasi domestik tersebut membuat produk otomotif kita susah masuk ke pasar internasional.Padahal Indonesia tengah didorong menjadi basis produksi otomotif sehingga peluang ekspor terbuka lebar.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian mendorong pelaku industri ini mengubah paradigma dari orientasi ke dalam negeri menjadi mengarah ke pasar ekspor.

“Ke depan harus kita arahkan selain untuk pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri juga harus berorientasi ekspor agar produk kita semakin berkiprah di pasar global,” kata Menperin Saleh Husin saat meresmikan ekspor perdana sepeda motor Suzuki Address yang diproduksi PT Suzuki Indomobil Motor ke 24 negara Eropa, Jepang dan Oceania, di Bekasi, Rabu (27/2).

Untuk itu, Saleh menegaskan, pemerintah akan tetap menjaga iklim usaha yang kondusif dan memberi dukungan agar para pelaku usaha nyaman berinvestasi di Indonesia.

Dia juga mengapresiasi ekspor perdana ini sebagai awal memajukan industri otomotif nasional terutama di kancah internasional. Pasalnya, untuk dapat menembus pasar Eropa tidaklah mudah, harus memenuhi standar European Union (EU) yang mempersyaratkan standar kualitas dan keamanan produk yang sangat ketat.

“Produk sepeda motor produksi PT SIM telah sukses menembus ketatnya persyaratan standar produk tersebut dan sekaligus membuktikan bahwa Indonesia telah mampu memproduksi sepeda motor yang berdaya saing internasional,” sebut Menteri.

Menurutnya, ekspor ini akan menambah kepercayaan pasar internasional terhadap produk otomotif khususnya sepeda motor buatan dalam negeri. Ke depan, produsen sepeda motor lainnya juga diharapkan melakukan terobosan ekspor untuk mengurangi defisit perdagangan Indonesia pada sektor industri otomotif secara keseluruhan.

Ekspor sepeda motor jenis skutik ini akan dipasarkan ke berbagai negara di Eropa, Jepang, Oceania dan ASEAN. Ekspor akan dimulai tahun 2015 sebanyak 20.000 unit per tahun dan akan dikembangkan terus hingga volume ekspor mencapai 200.000 unit per tahun pada tahun 2019.

Untuk pasar Eropa, Suzuki Indomobil Motor memang mengawalinya dengan mengekspor sepeda motor berkapasitas 110 cc dan akan terus dikembangkan untuk sepeda motor berukuran besar 250 cc ke atas.

Ke depan, Menperin juga mendorong
Suzuki Motor Corporation – Japan agar bersama-sama dengan mitra usahanya di Indonesia mulai melakukan investasi pengembangan sepeda motor berukuran besar untuk tujuan ekspor,” ujarnya.

Peresmian ini dilakukan Menperin Saleh Husin bersama Menteri Perdagangan Rachmat Gobel. Turut hadir antara lain Deputy Chief of Mission Kedutaan Jepang Yusuke Shindo, President Direktur Suzuki Indomobil Motor Shuji Oishi, dan Komisaris Indomobil Sukses International serta Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinat


Distribusi: Financeroll Indonesia

Kelebihan dan Kekurangan Berinvestasi di Sukri


shadow

Financeroll – Ada berbagai alternatif instrumen investasi di pasar keuangan saat ini. Lantas, apa saja kelebihan dan kekurangan berinvestasi di sukuk negara ritel, saham, reksa dana dan deposito?

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menunjukkan imbalan yang diperoleh dari investasi sukuk negara ritel (ritel) adalah imbalan dengan nilai di atas bunga deposito bank berbentuk Badan Usaha Milik Negara saat penerbitan. Sedangkan pada saham, imbalan berupa dividen.

Kemudian, pada reksa dana imbalan yang diberikan berupa kenaikan nilai aktiva bersih (NAB). Sementara itu, imbalan pada instrumen deposito berupa bunga.

Dilihat dari pasar sekunder dan potensi capital gain, investasi pada sukri, saham, dan reksa dana memiliki potensi. Sedangkan deposito tidak. Adapun untuk masa jatuh tempo, hanya investasi di saham saja yang tak memiliki masa jatuh tempo.

Dalam berinvestasi, jaminan dirasa cukup penting untuk meminimalisir risiko. Pada Sukri jaminan pemerintah adalah 100%, sedangkan pada deposito maksimal Rp2 miliar. Untuk investasi di saham dan reksa dana tidak ada jaminan apapun.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Menperin Saleh Husin Tantang Pindad Kembangkan Produksi

FINANCEROLL – Bandung, Industri pertahanan Indonesia seharusnya bisa berkembang lebih jauh. Pasalnya, salah satu pelaku utama industri pertahanan, PT Pindad, memiliki kemampuan ganda yaitu manufaktur produk hankam dan manufaktur industri.

Keunggulan itu yang mendorong Kementerian Perindustrian berharap BUMN memanfaatkan peluang produksi alat berat. Ini juga dampak positif dari pengalihan subsidi BBM ke sektor lain seperti infrastruktur.

Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin, di tingkat riil, orientasi ke pembangunan infrastruktur akhirnya membutuhkan pengadaan alat berat dan ini bersamaan dengan visi pemerintah pengembangan industri dalam negeri.

“Nah, Pindad punya teknologi dan peralatan produksi. Jika bisa produksi alat berat maka akan ada peralihan pembelian dari pihak luar ke Pindad sebagai industri dalam negeri,” kata Menperin saat berkunjung ke PT Pindad di Bandung, Jumat (27/2).

Menurutnya, tantangan ini bisa jadi peluang bagi Pindad. Saleh juga membuka wacana, bisa jadi pada awalnya Pindad bekerja sama dengan mitra luar negeri dalam produksi alat berat dan kemudian meningkatkan porsi produksi yang lebih besar.

Pembangkit Listrik
Senada, Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof
Chaniago yang juga hadir juga membuka pintu peluang bagi Pindad.

Hal ini tak lepas dari kemampuan perseroan ini memproduksi generator dan produk industri lainnya.

“Jika Pindad bisa bikin bagian dari pembangkit seperti turbin atau boiler untuk kapasitas 5-10 MW, maka ini bisa jadi kesempatan emas,” ujarnya krn kita akan bikin 200 pembangkit, separonya pembangkit kapasitas kecil.

Pemerintah sendiri telah memberikan dukungan berupa suntikan Penanaman Modal Negara (PMN) sebesar Rp 700 miliar kepada Pindad.

Dirut Pindad, Silmy Karim mengurai dana tersebut untuk peningkatan kapasitas produksi dan modernisasi produksi masing-masing sebesar Rp 300 miliar dan untuk anggaran kerja sama dengan mitra strategis dari luar negeri sebesar Rp 100 miliar.

“Ke depan kita akan tingkatkan produksi. Kita mampu menghasilkan berbagai kebutuhan pertahanan dari senjata, amunisi hingga kendaraan tempur,” ujar Silmy.

Soal produksi alat peralatan pertahanan keamanan (alpahankam) besutan industri dalam negeri, Kemenperin mendorong Pemerintah untuk melibatkan industri pertahanan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

“Industri pertahanan juga mesti mampu menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna alpahankam yang terkini, serta selalu meningkatkan mutu dan kualitas produksi alpahankam sehingga memiliki daya saing,” tutur Menperin Saleh Husin.


Distribusi: Financeroll Indonesia