Archives for February 2015

Harga Minyak Dunia Turun, BBM tak Seharusnya Naik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Alasan Kementerian ESDM soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, untuk menstabilkan ekonomi dan menyesuaikan harga minyak dunia, dibantah pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Rizal E Halim. Menurutnya, harga minyak dunia saat ini sedang turun.

“Harga minyak dunia trend sedang turun, sebab beberapa negara sedang surplus minyak, apalagi produksi negara OPEC tidak turun,” ujar Rizal saat dihubungi ROL, Sabtu (28/2).

Menurutnya, jika hendak menyesuaikan harga BBM dengan tren harga minyak dunia saat ini, mestinya pemerintah stabil dalam harga. Fluktuatif harga minyak di Indonesia disebut Rizal tak transparan.

Dosen Fakultas Ekonomi UI ini menjelaskan, pada hitungan harga minyak dunia 95 dolar AS per barel saja, Indonesia mestinya menduduki harga Rp 6.100 per liter pada Premium RON 88. Maka, mestinya, kondisi saat ini harga minyak dunia yang berada pada harga 60-70 dolar AS per barell, harga premium di Indonesia jauh lebih murah daripada saat kenaikan BBM November lalu.

Selain harga minyak dunia yang berada dalam level rendah, pada beberapa negara OPEC mengalami surplus minyak. Ditambah lagi, Rizal menilai kondisi Timur Tengah saat ini yang masih bergejolak. Hal ini sesuai dengan hukum suplai, dimana saat suplai minyak naik, maka mestinya harga minyak turun. “Saat ini saja, negara OPEC masih memproduksi 20 juta barell, kondisi minyak dunia sedang berlimpah,” ujar Rizal.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

PT PP London Sumatra Indonesia Tingkatkan Produksi CPO Sebesar 11,8%


shadow

Financeroll – PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) meningkatkan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 11,8% pada 2014, dibanding tahun sebelumnya.

Seperti dilansir dari laporan keuangan perseroan, jumlah produksi tercatat menjadi 443.123 ton sepanjang tahun lalu.

Selain itu, produksi inti sawit juga tumbuh 15,6% menjadi 108.220 ton, seiring dengan meningkatnya jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses.

“Pada 2014, produksi TBS dari kebun inti meningkat 7,3%, menjadi 1,34 juta ton dari 1,25 juta ton,” papar laporan tersebut.

Lalu, pembelian TBS dari eksternal juga naik 18,8% menjadi 566.820 ton, yang membuat total TBS yang diproses menjadi 1,91 juta ton pada 2014.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Ini Alasan Pemerintah Naikkan Harga Premium Rp 200/Liter

Jakarta -Terhitung mulai 1 Maret 2015 Pukul 00.00 WIB, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bensin premium dari Rp 6.600/liter menjadi Rp 6.800/liter. Salah satu alasannya karena naiknya harga minyak dunia.

“Keputusan tersebut diambil atas pertimbangan beberapa aspek, antara lain untuk menjaga kestabilan sosial ekonomi pengelolaan harga, dan logistik (sepanjang perbedaan harga masih belum signifikan), dan harga minyak dunia masih mengalami fluktuasi,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM, Saleh Abdurrahman, dalam keterangannya, Sabtu (28/2/2015).

Saleh menambahkan, selain itu masih terjadi ketidakstabilan harga minyak, terkait pertentangan pelaku pasar minyak dalam menyikapi konflik di Libya, dan masih tingginya produksi shale oil di Amerika Serikat, serta kondisi masih lesunya perekonomian global.

“Rata-rata harga indeks pasar minyak solar (MOPS Gasoil) sepanjang bulan Februari mengalami kenaikan pada kisaran $ 62-74 per barel, sementara MOPS (Mean of Platts Singapore)Premium mengalami kenaikan pada kisaran $ 55-70 per barel,” kata Saleh.

Kenaikan MOPS sepanjang bulan Februari sebenarnya cukup signifikan. Namun, Pemerintah tidak menaikkan harga solar dan hanya menaikkan harga jual eceran bensin Premium RON 88 di wilayah penugasan Luar Jawa-Madura-Bali sebesar Rp. 200/liter. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi, dan mempertimbangkan seleisih harga sepanjang Februari.

Untuk menjaga akuntabilitas publik, auditor pemerintah maupun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia dilibatkan. Audit itu mencakup realisasi volume pendistribusian jenis BBM tertentu (subsidi), penugasan khusus, besaran harga dasar, biaya penugasan pada periode yang telah ditetapkan, besaran subsidi, hingga pemanfaatan selisih-lebih dari harga jual eceran.

“Jadi, setiap realisasi volume distribusi BBM subsidi, sampai perhitungan besaran harga dasar semuanya diaudit oleh BPK,” tutup Saleh.

Seperti diketahui harga baru BBM pada 1 Maret 2015 sebagai berikut:

  • Minyak tanah: Rp 2.500/liter (termasuk PPN),
  • Minyak solar: Rp 6.400/liter (termasuk PPN dan PBBKB),
  • Bensin Premium RON 88: Rp 6.800/liter (termasuk PPN dan PBBKB) atau naik Rp 200/liter dari yang sebelumnya ditetapkan Rp 6.600/liter.

(rrd/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Harga minyak masih dalam tren bearish

JAKARTA. Harga minyak diproyeksikan masih dalam tren bearish meski kemarin sempat naik lumayan. Belum ada faktor fundamental baru yang signifikan menyebabkan harga minyak sulit naik secara konsisten. Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat (27/2) pukul 16:25 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April di New York Mercantile Exchange (NYMEX) memang menguat 1,97% dibandingkan sehari sebelumnya menjadi US$ 49,12 per barel. Harga minyak mentah kemarin meningkat setelah sehari sebelumnya sempat terkoreksi ke level US$ 48,17 per barel.

“Pasar juga mungkin sedang melakukan penyesuaian yang memang biasa terjadi di akhir bulan seperti sekarang,” kata Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, kepada KONTAN, kemarin.

Namun, rebound harga minyak tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa harga komoditas energi tersebut akan terus bergerak naik. Harga komoditas, kata Tonny, justru masih dalam tekanan lantaran para eksportir minyak terutama yang tergabung dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) tidak mengambil tindakan nyata untuk menstabilkan harga minyak. OPEC bahkan tetap bersikukuh mempertahankan kuota produksi sebanyak 30 juta barel minyak per hari.

Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures, menyatakan, kebijakan produksi OPEC ini menjadi kunci yang bisa membuat tren bearish harga minyak berakhir. “Kalau OPEC mau memangkas kuota produksinya, harga minyak kemungkinan besar bakal naik lagi,” ungkap Suluh.

Tren bearish minyak ini sebenarnya merugikan banyak pengekspor minyak. Banyak perusahaan minyak, terutama yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mulai memangkas jumlah tenaga kerjanya. Toh, harga minyak tentu akan tetap rendah apabila OPEC selaku kumpulan eksportir terbesar minyak di dunia tak mau menurunkan kuota produksinya.

Suluh bilang, dari sisi permintaan memang agak susah diharapkan untuk melonjak pada tahun ini lantaran perekonomian global melambat. Sejak awal tahun kemarin, Bank Dunia sudah memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi global sepanjang 2015 menjadi 3%.

Pangkas target

Padahal, sebelumnya, Bank Dunia optimistis akan kondisi pasar dan memproyeksikan perekonomian global tumbuh 3,4% sepanjang 2015. Bank Dunia juga sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 untuk China, dari sebelumnya 7,2% menjadi 7%.

Tidak lama setelah itu, Dana Moneter International (IMF) turut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global selama 2015 menjadi 3,5%. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015 yang ditetapkan IMF pada Oktober 2014 sebesar 3,8%. Di waktu bersamaan, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari 7,1% menjadi 6,8% di tahun ini.

Ketimpangan antara pasokan dan permintaan inilah yang membuat harga minyak sulit beranjak naik. Dengan beberapa faktor itu, kedua analis memprediksi harga minyak cenderung terkoreksi di awal pekan depan.

Prediksi ini diperkuat beberapa indikator teknikal yang memancarkan sinyal koreksi. Suluh bilang, harga minyak saat ini masih di bawah moving average (MA) 50. Indikator stochastic memperkuat peluang koreksi lantaran berada di posisi 38.

Sementara, relative strength index (RSI) di area netral 48. Suluh memprediksi, harga minyak di awal pekan depan turun di support US$ 46,45-US$ 47,80 dan resistance US$ 50-US$ 52,10 per barel AS. Adapun, Tonny memprediksi, harga minyak turun di rentang US$ 48-US$ 50 per barel.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Ekonomi AS Tumbuh Moderat, Dolar AS Bervariasi

INILAHCOM, New York – Kurs dolar AS diperdagangkan bervariasi terhadap mata uang utama lainnya, Jumat atau Sabtu (28/02/2015) pagi WIB. Itu karena data menunjukkan ekonomi AS kembali ke pertumbuhan moderat pada kuartal keempat 2014.

Produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,2 persen dalam kuartal keempat 2014, direvisi turun dari perkiraan sebelumnya 2,6 persen, menurut estimasi kedua yang dirilis oleh Departemen Perdagangan, Jumat (27/02/2015).

Ekonomi AS tumbuh lima persen pada kuartal ketiga dan 4,6 persen pada kuartal kedua setelah mengalami kontraksi pada kuartal pertama 2014. Pada 2014, ekonomi AS tumbuh 2,4 persen tahun ke tahun, dibandingkan dengan peningkatan 2,2 persen pada 2013. Data ekonomi AS lainnya datang bervariasi. Angka akhir indeks sentimen konsumen The Thomson Reuters/University of Michigan untuk Februari jatuh dari angka akhir Januari 2015, dari 98,1 menjadi 95,4, tetapi masih di atas ekspektasi pasar.

Indeks penjualan ‘pending home’, indikator ke depan berdasarkan penandatanganan kontrak penjualan, naik 1,7 persen menjadi 104,2 pada Januari dari revisi naik 102,5 pada Desember, National Association of Realtors melaporkan Jumat (27/02/2015).

Pada akhir perdagangan di New York, euro turun menjadi USS$1,1193 dari US$1,1199 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi US$1,5434 dari US$1,5406. Dolar Australia naik menjadi US$0,7811 dolar dari US$0,7795 dolar.

Dolar AS dibeli 119,68 yen Jepang, lebih tinggi dari 119,44 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik tipis menjadi 0,9542 franc Swiss dari 0,9536 franc Swiss, dan menurun menjadi 1,2518 dolar Kanada dari 1,2527 dolar Kanada. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal