Archives for February 2015

Perusahaan Minyak Meksiko Rugi 17,7 Miliar Dolar

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY — Perusahaan minyak milik negara Meksiko, Pemex, merugi 17,7 miliar dolar AS pada 2014. Peme merugi karena terpukul penurunan tajam harga minyak mentah, pencurian bahan bakar oleh geng dan pelemahan peso terhadap dolar.

Dalam sebuah pernyataan hasil kinerja perusahaan, kerugian tahunan itu 55 persen lebih besar daripada 2013. Pada kuartal keempat tahun lalu, perusahaan rugi 7,8 miliar dolar AS karena produksi minyak mentah jatuh menjadi 2,36 juta barel perhari, turun 6,5 persen dari periode yang sama 2013.

Hasil menyedihkan itu terjadi karena Pemex kehilangan hak monopolinya pada pengeboran minyak dan gas di Meksiko, setelah RUU reformasi energi bersejarah disahkan tahun lalu. Reformasi UU tersebut membuka sektor minyak bagi investasi asing untuk pertama kalinya sejak
1938.

Perusahaan yang menyediakan sepertiga penerimaan pajak Meksiko itu mengatakan kinerjanya dipengaruhi oleh penurunan 27,9 persen pada harga rata-rata minyak mentah campuran Meksiko untuk ekspor. Apresiasi dolar terhadap peso juga turut berperan.

“Selain itu, pencurian bahan bakar berdampak pada biaya dan pengeluaran untuk operasi. Dengan meningkatnya aktivitas itu, ada efek lebih besar pada hasil keuangan,” kata perusahaan.

Pekan lalu, Pemex mengatakan akan menghentikan pengiriman bensin dan solar siap pakai melalui jaringan pipa di seluruh negeri itu setelah lebih dari satu miliar dolar AS bahan bakar minyak dicuri oleh geng-geng pada 2014.

Perusahaan juga memutuskan menangguhkan beberapa proyek eksplorasi minyak laut dalam dan rencana memangkas pekerja.

Namun, pemerintah masih berencana mengadakan lelang pertama sejak reformasi energi. Pada Juli, pemerintah akan memilih pemenang untuk proyek perairan dangkal.

Turunnya harga minyak internasional juga telah memaksa pemerintah Meksiko memotong anggaran 2015 dan program-programnya, termasuk proyek kereta cepat senilai 3,7 miliar dolar AS.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

PT Astra International Alami Penurunan Laba Bersih 1%


shadow

Financeroll – PT Astra International Tbk mengalami penurunan laba bersih 1% sepanjang 2014 dipicu penurunan kinerja divisi otomotif dan penurunan nilai properti pertambangan baru bara.

Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menyampaikan laba bersih konsolidasi perseroan menurun 1% dari Rp19,42 triliun menjadi Rp19,18 triliun.

Padahal, pendapatan bersih emiten berkapitalisasi terbesar itu naik 4% menjadi Rp201,7 triliun dari semula Rp193,88 triliun.

“Divisi bisnis agribisnis, kontrak penambangan batu bara, dan jasa keuangan mengalami pertumbuhan kinerja,” ujarnya dalam keterangan pers.

Namun, penurunan margin sektor kendaraan roda empat divisi otomotif dan pembebanan biaya non-kas atas penurunan nilai properti pertambangan batu bara menahan pertumbuhan kinerja Grup Astra.

Berdasarkan perinciannya, divisi agribisnis membukukan peningkatan laba bersih hingga 39%, divisi teknologi informasi melonjak 24%, divisi jasa keuangan melesat 11%, dan divisi alat berat dan pertambangan naik 10%.

Sementara itu, laba bersih divisi otomotif menurun 14%. Terakhir, divisi infrastruktur dan logistik menyusut sampai 34%.

“Dalam jangka pendek, kami masih berhati-hati dengan adanya ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar penjualan mobil dan kemungkinan penurunan harga batu bara,” jelasnya.

Namun, fundamental keuangan yang solid dan kualitas bisnis yang baik, menjadi dasar Grup Astra optimis dengan prospek yang baik dalam jangka panjang.


Distribusi: Financeroll Indonesia

PT Astra Graphia Bukukan Laba Bersih Rp260,2 Miliar


shadow

Financeroll – PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) membukukan laba bersih Rp260,2 miliar pada 2014, tumbuh 24,5% dibandingkan periode setahun sebelumnya Rp209 miliar.

Herrijadi Halim, Presiden Direktur Astra Graphia, mengumumkan kinerja keuangan perseroan. Disebutkan, laba per saham dasar mencapai Rp192,90 dibandingkan setahun sebelumnya Rp154,93.

Pendapatan yang dibukukan emiten berkode saham ASGR tersebut mencapai Rp2,28 triliun lebih tinggi dari pada periode 2013 yang mencapai Rp2,26 triliun.

Beban pokok pendapatan tercatat tidak berubah mencapai Rp1,6 triliun.

Untuk itu, laba kotor yang diraup ASGR pada periode 2014 mencapai Rp681,8 miliar, lebih tinggi dari periode sebelumnya Rp656 miliar.

Laba sebelum pajak mencapai Rp340,6 miliar dari sebelumnya Rp278,3 miliar.

Total aset ASGR hingga akhir 2014 mencapai Rp1,63 triliun dari sebelumnya Rp1,45 triliun.

Liabilitas mencapai Rp731 miliar dari sebelumnya Rp714 miliar dan ekuitas mencapai Rp902 miliar dari Rp736 miliar.


Distribusi: Financeroll Indonesia

PT Federal International Finance Bukukan Laba Rp1,3 Triliun


shadow

Financeroll – PT Federal International Finance (FIF) membukukan laba tahun berjalan sepanjang 2014 senilai Rp1,3 triliun atau bertumbuh 8,45% dari Rp1,2 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan, jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan mencapai Rp6,33 triliun atau meningkat dari posisi 2013 senilai Rp5,55 triliun.

Jumlah pendapatan yang diperoleh Rp6,33 triliun terdiri dari pembiayaan konsumen mencapai Rp5,98 triliun, pendapatan dari bunga dan denda mencapai Rp196,7 miliar, dan penghasilan lainnya mencapai Rp154 miliar.

Beban perusahaan pun mengalami penaikan dari sebelumnya yang hanya Rp3,94 triliun menjadi Rp4,58 triliun pada 2014.

Aset FIF bertambah sebesar 17,91% menjadi Rp24,3 triliun pada 2014 dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp21,5 triliun.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Harga Minyak Dunia Naik dalam Perdagangan Fluktuatif

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Harga minyak dunia berbalik naik pada hari terakhir pekan perdagangan fluktuatif, Jumat (27/2), Hal ini karena para pedagang mempertimbangkan pasokan global yang berlimpah dan pertumbuhan lambat dalam perekonomian dunia.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 1,59 dolar AS ditutup pada 49,76 dolar AS perbarel di New York Mercantile Exchange, sehari setelah WTI jatuh hampir tiga dolar AS.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, patokan global, melonjak menjadi menetap di 62,58 dolar AS perbarel, naik tajam 2,53 dolar AS dari tingkat penutupan Kamis.

WTI, setelah jatuh pada awal 2015 ke tingkat terendah dalam enam tahun, berayun pada Februari, tetapi akhirnya berakhir bulan lalu dengan sekitar 1,5 dolar AS lebih tinggi. Sebaliknya, Brent telah naik sekitar 12 dolar AS. Minyak mentah kehilangan sekitar 50 persen nilainya sejak Juni tahun lalu.

“Kami sudah semacam mencapai bagian terbawah dan harga naik turun,” kata Michael Lynch dari Strategic Energy & Economic Research, mengacu pada pasar minyak New York.

Dalam sesi perdagangan Jumat, Lynch mengatakan, dampak terbesar adalah dari penurunan data operasional kilang AS, yang menunjukkan kita akan melihat produksi shale (serpih) lebih rendah daripada yang diantisipasi. Pasar mungkin akan datang kembali ke dalam keseimbangan.

Lynch mencatat jumlah kilang pengeboran minyak mentah AS yang beroperasi menurut data perusahaan jasa minyak Baker Hughes AS, turun 33 rig pada pekan ini, menandai penurunan lebih lambat dari yang terlihat baru-baru ini, yang telah mencapai sekitar 90 rig per pekan.

Departemen Energi AS (DoE) melaporkan persediaan minyak AS pekan ini melonjak lebih dari delapan juta barel minyak mentah mencapai rekor 434,1 juta barel.


Distribusi: Republika Online RSS Feed