Archives for November 2014

Harga Minyak Dunia ke Titik Terendah Sejak 2009

New York -Harga minyak dunia terus anjlok, bahkan sampai ke titik terendahnya dalam lima tahun terakhir. Diperkirakan harganya masih terus turun hingga pekan depan.

Harga minyak Amerika Serikat (AS) untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup jatuh US$ 7,54 atau setara 10,2% ke posisi US$ 66,15 per barel. Ini merupakan posisi terendahnya sejak September 2009.

Sementara untuk pengiriman Brent bulan depan turun US$ 2 menjadi US$ 70.45 per barel, posisi terendahnya sejak Juli 2010.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) light crude itu menyentuh titik terendah setelah Arab Saudi menolak permintaan anggota OPEC lain untuk mengurangi tingkat produksi.

Para pialang memprediksi harga WTI yang saat ini di US$ 64,24 per barel masih bisa terus turun hingga ke titik terendahnya hingga di bawah US$ 60 per barel, atau di bawah US$ 58,32 posisi pada Juli 2009.

“Ada prediksi harga hari ini sudah terlalu rendah, tapi banyak pialang yang libur merayakan Thanksgiving. Jadi kemungkinan pekan depan masih akan turun lagi,” kata John Kilduff, pialang komoditas dari Again Capital di New York, seperti dikutip Reuters, Sabtu (29/11/2014).

(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Tutup Lebih Awal Sambut Thanksgiving, Wall Street Stagnan

New York -Pasar saham Wall Street berakhir stagnan menjelang hari raya Thanksgiving. Untungnya perdagangan berakhir lebih awal karena saham-saham energi sudah mulai merosot gara-gara harga minyak dunia yang anjlok.

Harga minyak mentah jenis light crude jatuh ke US$ 68 per barel setelah negara-negara OPEC tidak berniat mengurangi tingkat produksi. Anjlok 7% dalam sehari ke titik terendahnya sejak 2010.

“Harga minyak seolah tidak ada batas bawahnya saat ini, kita bisa melihat harga yang terus jatuh bahkan hingga US$ 60 per barel,” kata Tony Roth, kepala investasi pasar dari Wilmington Trust di Wilmington, Delaware, seperti dikutip Reuters, Sabtu (29/11/2014).

Pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat, Indeks Dow Jones naik tipis 0,49 poin ke level 17.828,24, Indeks S&P 500 kehilangan 5,27 poin (0,25%) ke level 2.067,56 dan Indeks Komposit Nasdaq bertambah 4,31 poin (0,09%) ke level 4.791,63.

Indeks-indeks utama di bursa Paman Sam menanjak enam pekan berturut-turut. Dalam sepekan ini Indeks Dow Jones naik 0,1%, Indeks S&P bertambah 0,2% dan Indeks Komposit Nasdaq tumbuh 1,7%.

Selama bulan November, Indeks Dow Jones menguat 2,5%, Indeks S&P naik 2,5% dan Indeks Komposit Nasdaq berkembang 3,5%.

(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Jelang liburan, bursa Amerika gembira di November

NEW YORK. Bursa Amerika Serikat (AS) sukses mencetak kenaikan sepanjang pekan ini, dan mencatat kenaikan dua bulan berturut-turut. Aksi sejumlah bank sentral melonggarkan kebijakan moneter mendorong kepercayaan investor di tengah kemerosotan harga minyak mentah dunia.

Indeks AS, Standard & Poor’s 500 telah rally 11% sejak level terendah dalam 6 bulan terakhir Oktober lalu. Acuan bursa ini naik ditopang data ekonomi yang lebih tinggi dibanding perkiraan, termasuk produk domestik bruto (PDB) AS kuarta III. Indeks juga menguat disuntik sentimen positif setelah bank sentral China memangkas bunga acuan, serta bank sentral Jepang dan Eropa yang menggelontorkan stimulus lebih besar.

S&P 500 naik 2,5% menjadi 2.067,56 sepanjang bulan November. Sedangkan Dow Jones Industrial Average naik 437,72 poin atau 2,5% ke level 17.828,24. 

Nasdaq Composite Index melompat 3,5% dan mencapai level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Sementara Russell 2000 Index, yang memperdagangkan saham-saham lebih kecil tak banyak bergerak. 

Sebanyak 38 dari 43 saham energi di S&P 500 merosot di bulan November di tengah kemerosotan harga minyak mentah. Sektor ini melorot 8,9%. Denbury Resources Inc, Transocean Ltd dan Nabors Industries Ltd memimpin penurunan, melorot 26%.

Harga minyak mentah dunia merosot 18% sepanjang November ini. Produsen minyak yang tergabung dalam OPEC enggan memangkas kuota produksi di tengah melimpahnya suplai.

Sektor konsumer sebaliknya, menguat lebih dari 5%, ditopang musim liburan Thanksgiving dan menjelang Natal. Saham grup maskapai juga terbang 17% sepanjang November ini. 

Tak hanya bursa AS yang mencetak kenaikan. Acuan bursa Eropa, Stoxx Europe 600 Index melompat 3,1%, ditopang kenaikan bursa Jerman DAX yang sampai 7%. MSCI All Country Index bertambah 1,5%. Sedangkan bursa negara berkembang MSCI Emerging Markets terpangkas 1,3%. 

Editor: Sanny Cicilia


Distribusi: Kontan Online

Akhir Pekan, Pasar Uang Domestik Bergerak Variatif


shadow

Financeroll – Pada perdagangan Jumat (28/11) nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah 18 poin menjadi Rp 12.193 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.175 per dolar AS.  Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di area  negatif sepanjang hari ini. Namun jelang penutupan, terjadi lonjakan yang membuat IHSG mengakhiri perdagangan di zona hijau.  Mengakhiri perdagangan IHSG berada di posisi 5.149,89. Menguat 4,57 poin atau 0,09%.  Sementara Indeks LQ45 ditutup di posisi 866,33. Melemah 0,51 poin atau 0,06%.

Rendahnya inflasi di beberapa negara Eropa menimbulkan potensi bank sentral Eropa melakukan pelonggaran moneternya, sehingga kondisi itu akan mendorong mata uang dolar AS terapresiasi.  Penguatan mata uang dolar AS itu juga dipicu dari harga minyak dunia yang melemah setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) yang tidak menurunkan kuota produksinya.

Di tengah antisipasi pengumuman data ekonomi Indonesia pada awal pekan depan, pelaku pasar uang di dalam negeri cenderung menahan transaksinya untuk masuk ke mata uang rupiah sehingga pergerakan mata uang rupiah cenderung berada di area negatif meski dalam kisaran sempit.  Diharapkan data neraca perdagangan Indonesia ada sedikit mengalami perbaikan pasca penaikan BBM subsidi.

Laju nilai tukar rupiah masih relatif stabil, dimulai sejak pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.  Setelah data ekonomi Indonesia terkait neraca perdagangan dan inflasi diumumkan pada pekan depan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), diharapkan mata uang rupiah mengalami penguatan.  Seiring pelemahannya di transaksi antarbank di Jakarta, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) mata uang lokal ini juga bergerak melemah menjadi Rp 12.196 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 12.179 per dolar AS.

Dari bursa saham, minimnya sentimen di lantai bursa menyebabkan investor kurang bergairah.  Perdagangan hari ini berjalan relatif kurang semarak. Total nilai transaksi adalah Rp 5,35 triliun yang melibatkan 8,98 miliar saham dengan frekuensi 193.623 kali. Terdapat 149 saham naik, 140 turun, dan 87 stagnan.

Tercatat, dari 10 sektor, yang menguat dan melemah sama rata. Sektor yang menguat paling tajam adalah infrastruktur yaitu 1,5%. Sementara sektor yang melemah paling dalam adalah perdagangan yaitu minus 0,49%.  Sejumlah bursa saham regional bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. Berikut adalah perkembangan sejumlah bursa di Asia: Hang Seng melemah 16,83 poin (0,07%) menjadi 23.987,45, KOSPI melemah 1,31 poin (0,07%) menjadi 1.980,78, dan Straits Times menguat 17,31 poin (0,52%) menjadi 3.358,27. [geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Harga minyak terjun setelah OPEC pertahankan pagu produksinya

New York (ANTARA News) – Harga minyak dunia terjun ke posisi terendah multi-tahun baru pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah kartel produsen minyak OPEC memutuskan untuk mempertahankan pagu produksinya di tengah pasar yang kelebihan pasokan.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, ditutup pada 66,15 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, jatuh 7,54 dolar AS dari harga penutupan Rabu. Itu penutupan WTI terendah sejak September 2009, lapor AFP.

NYMEX ditutup pada Kamis untuk liburan Hari Tanksgiving.

Ketika pasar New York ditutup dalam sesi singkat Jumat, di London, minyak Brent untuk pengiriman Januari merosot di bawah 70 dolar AS untuk pertama kalinya dalam empat setengah tahun, menjadi 69,78 dolar AS per barel. Brent menetap di 70,15 dolar AS per barel, turun 2,43 dolar AS dari penutupan Kamis.

Aksi jual terjadi setelah 12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Kamis (27/11) memilih untuk mempertahankan pagu produksi kolektifnya sebesar 30 juta barel per hari, yang telah bertahan selama tiga tahun, mengirimkan harga minyak mentah terjun.

OPEC menolak untuk memotong produksinya meskipun kelebihan pasokan telah mengirimkan harga jatuh lebih dari sepertiga sejak Juni, dengan para analis memperingatkan penurunan lebih lanjut lanjut akan datang.

“OPEC menegaskan apa yang banyak pelaku pasar telah perkirakan mempertahankan kuota produksi resmi mereka tidak berubah,” kata analis Sucden, Kash Kamal.

“Banyak investor telah berharap untuk beberapa langkah maju yang positif karena membanjirnya pasokan global terus memberikan tekanan turun cukup besar pada harga mendatang,” tambahnya.

Pada pertemuan OPEC, Kamis, di Wina, kartel berada di bawah tekanan dari anggota miskin, termasuk Venezuela dan Ekuador, untuk memangkas produksi karena jatuhnya harga sedang menggorogoti pendapatan dan meningkatkan kekhawatiran atas ekonomi mereka.

Namun, anggota kartel dari Teluk yang kuat dipimpin oleh Arab Saudi menolak permintaan untuk mengecilkan keran produksinya kecuali pasar saham mereka dijamin, terutama di Amerika Serikat, di mana minyak serpih telah berkontribusi terhadap melimpahnya pasokan global.

Anggota lain, Kuwait, mendukung langkah tersebut dengan menteri minyak negara itu Ali Omair mengatakan: “Kami memutuskan bahwa harga akan menyesuaikan diri berdasarkan penawaran dan permintaan dan bahwa OPEC seharusnya menjaga pangsa pasarnya agar tidak kehilangan pelanggan.”

Dia menyatakan Amerika Serikat juga harus memikul tanggung jawab dan menurunkan produksi minyak serpihnya.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan pada Kamis bahwa ia akan tetap mendorong OPEC untuk memangkas produksi.

Pasar minyak telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir, tertekan oleh banyaknya persediaan, dolar yang lebih kuat dan ketakutan permintaan dalam ekonomi global melemah.

“Keputusan OPEC untuk mempertahankan produksi adalah alasan utama untuk harga turun cukup cepat,” kata Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura.

“Harga cenderung turun untuk sisa tahun ini,” katanya kepada AFP.

Ang, yang erat melacak pasar minyak, mengatakan ia memperkirakan WTI akan mengakhiri 2014 di “terendah 60-an” dan Brent di “pertengahan 60-an”.  (A026)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © ANTARA 2014


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa