Archives for September 2015

BRI Syariah Kembangkan Produk Valas

Rabu, 30 September 2015, 18:10 WIB

Republika/Agung Supriyanto

Petugas menghitung uang nasabah di salah kantor Bank BRI Syariah, Jakarta, Kamis (20/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Bank BRI Syariah mengembangkan layanan jual beli valas.Corporate Secretary Group Head BRI Syariah Lukita T Prakasa menyampaikan, pada 2015 ini, BRISyariah baru mengembangkan produk-produk bank devisa, salah satunya layanan jual beli valas dolar AS dan rial Arab Saudi. BRISyariah baru menjual rial terbatas di beberapa unit kerja yang memiliki izin devisa.

Selama masa haji tahun ini, BRISyariah baru melakukan program percontohan untuk memasarkan rial baik melalui gerai BRISyariah maupun kerjasama dengan KBIH dan biro perjalanan haji. ”Hasil program percontohannya kemarin sangat baik dan tahun depan kami akan menjualnya di setiap cabang devisa BRISyariah,” ungkap Lukita, Rabu (30/9).

Ia mengatakan, kelebihan layanan valas BRISyariah adalah rial yang dijual berdenominasi kecil. Denominasi kecil ini sangat diminati oleh calon haji yang akan berangkat.

Reporter : Fuji Pratiwi
Redaktur : Dwi Murdaningsih

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu(QS.Al-Baqarah:45)

  Isi Komentar Anda

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Jaga Stabilitas Rupiah, Ini Langkah BI Seimbangkan Valas

Rabu, 30 September 2015 | 17:38 WIB

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta – Bank Indonesia merespons paket ekonomi jilid II dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan. Kebijakan ini masih bagian dari upaya bank sentral menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang kian hari terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan ada tiga kebijakan lanjutan. Satu di antaranya ialah langkah Bank Indonesia yang terjun ke pasar forward. “Agar seimbang kami intervensi di pasar spot dan forward,” kata Mirza di gedung Bank Indonesia, Jakarta, 30 September 2015.

Pasar atau transaksi forward merupakan aksi jual beli valuta asing untuk saling menyerahkan mata uangnya dalam rentang waktu lebih dari dua hari kerja (jangka panjang) setelah tanggal kontrak, sedangkan pasar spot jangka waktunya hanya dua hari (jangka pendek).

Mirza menjelaskan kehadiran bank sentral di pasar forward lantaran tidak adanya keseimbangan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand). Pasar valuta asing saat ini didominasi oleh permintaan dibandingkan dengan penawaran. “Dolarnya bukan tidak ada, tetapi tidak dikonversi.”

Baca juga:
G30S 1965, Luhut: Pemerintah Tak Akan Minta Maaf
Eggwards Lab, Game Buatan Indonesia yang Kian Digandrungi

Kehadiran Bank Indonesia, ujar Mirza, adalah ingin menambah penawaran di pasar forward. Para pelaku di pasar forward umumnya datang karena ingin melakukan hedging atau lindung nilai. Sedangkan pasar spot biasanya untuk memenuhi kebutuhan pembayaran impor, utang luar negeri, dan pembayaran deviden dengan mata uang asing.

Upaya meningkatkan supply, kata Mirza, akan ditempuh dengan cara meningkatkan threshold forward jual yang wajib menggunakan underlying. Threshold forward jual semula ada di US$ 1 juta dan diubah menjadi US$ 5 juta per transaksi untuk setiap nasabah.

Sedangkan upaya yang dilakukan pemerintah ialah dengan membuat kebijakan yang bertujuan mempermudah investasi dan ekspor. “Ini juga bisa menambah supply valas,” kata Mirza.

Mirza menyebut supply valas dari eksportir yang dikonversi ke rupiah hanya sekitar 10 persen. “Makanya dibuat kebijakan intensif pajak.”

ADITYA BUDIMAN

Simak juga:
Kata Menteri Susi, Ini Jalur Perdagangan Mafia Kepiting
Mencari Hilal Sepi Penonton, Hanung Salahkan Film Hantu
 


Distribusi: Tempo.co News Site

Rupiah sore bergerak ke posisi Rp14.635 per dolar

Jakarta (ANTARA News) – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp14.635 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.620 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama mengenai waktu kenaikan suku bunga AS (the Fed) yang belum pasti,” ujar Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan bahwa paket kebijakan ekonomi jilid II yang telah dikeluarkan pemerintah kemarin (Selasa, 29/9) juga diperkirakan belum terlalu direspon oleh pelaku pasar.

“Pasar masih menanti realisasi dari kebijakan pemerintah itu, diharapkan paket kebijakan jilid II itu direspon positif investor sehingga dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam,” katanya.

Namun, ia meyakini bahwa dalam waktu dekat investor akan merespon positif kebijakan pemerintah itu sehingga potensi rupiah kembali menguat terbuka.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Persero (BNI) Ryan Kiryanto menambahkan bahwa salah satu kebijakan jilid II yang memberikan insentif pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan Indonesia dapat membuat likuiditas dolar AS menjadi baik.

“Insentif DHE dalam bentuk keringanan pajak akan membantu ketersediaan dolar AS di dalam negeri, sehingga likuiditas menjadi kuat dan juga dapat membantu cadangan devisa kembali bertambah, ujung-ujungnya berdampak pada stablisasi nilai tukar rupiah,” katanya.

Ke depan, ia mengharapkan pemerintah dapat memaparkan hasil implementasi dari paket kebijakan ekonomi jilid I dan II secara rutin agar diketahui publik sehingga pasar dapat memberikan evaluasi, masukan, kritik, dan saran.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (30/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.657 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.728 per dolar AS.

Editor: Fitri Supratiwi

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

BI Yakin Dolar AS Bisa Ditekan ke Rp 13.700 Akhir Tahun Ini

Jakarta

Bank Indonesia (BI) masih optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menguat. Bank sentral memperkirakan dolar AS bisa ditekan hingga ke level Rp 13.700 akhir tahun ini.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, angka tersebut bisa dicapai dengan melihat beberapa indikator ekonomi seperti inflasi. Inflasi akhir tahun akan terjaga di level 4,3% atau masih berada di batas rentang 4% plus minus 1%.

Survei BI minggu keempat September menyebut, inflasi berada di level 0,04%, yoy 6,9%. Akhir tahun 4,3%, tahun depan 4,7%. CAD bisa turun 2,2%.

“Kalau dihitung dengan inflasi yang insya Allah akan di bawah 7%. Kalau lihat fundamental ini tentu nilai tukar rupiah lebih rendah dari pasar. Hitungan kami kuartal III Rp 13.300. Di kuartal IV Rp 13.700, itu rata-rata hitungan fundamentalnya,” jelas dia saat konferensi pers di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Rabu (30/9/2015).

Perry mengungkapkan, untuk tetap bisa mengendalikan kurs rupiah agar tidak terlalu melemah dan volatil, maka dilakukan berbagai kebijakan dengan beberapa aspek, yaitu mengendalikan permintaan dolar AS dan menambah pasokan dolar AS.

“Dalam beberapa kesempatan BI memandang bahwa rupiah sudah undervalue (terlalu rendah). Salah satu faktor penyebab melemahnya rupiah itu ada gap di spot maupun forward. Kenapa kita perlu melakukan intervensi di spot dan forward, adalah untuk mengurangi supply demand gap ini,” jelas Perry.

Di tahun depan, lanjut dia, kurs dolar AS tidak akan jauh berada di level Rp 13.700-13.900. Angka tersebut sudah menghitung dari berbagai indikator. Terutama soal kepastian bank sentra AS The Federal Reserve (The Fed).

“Kenapa tahun depan akan menguat, karena ketidakpastian Fed fund rate mulai jelas, faktor ketidakpastian itu berkurang, kegiatan ekonomi membaik, ini kenapa tahun depan pergerakan nilai tukar akan menguat. Jadi kalau memang belum perlu ya jangan ngubrek-ngubrek dolar,” pungkasnya.

(drk/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Kompak, rupiah dan IHSG naik menutup September

JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil menguat dengan memanfaatkan pelemahan dollar AS di hadapan mata uang dunia lainnya. Penguatan rupiah juga didukung oleh paket kebijakan ekonomi jilid II.

Di Pasar Spot, Rabu (30/9) nilai tukar rupiah naik 0,26% menjadi Rp 14.652 per dollar AS. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah menguat 0,48% ke level Rp 14.657 per dollar AS.

Trian Fathria Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk mengatakan, rupiah berhasil mengambil peluang dari melemahnya dollar AS di pasar global pada Selasa kemarin. “Dari sisi domestic paket kebijakan ekonomi jilid II cukup mendapat respon positif walaup lekau pasar menunggu realisasinya secara nyata,” ujar Trian.

Selanjutnya, Trian menduga rupiah dapat melanjutkan penguatannya dengan dorongan sentiment dalam negeri. Di antaranya data inflasi bulan September yang diperkirakan turun ke level 0,11% dan secara tahunan berada di level 7%. “Sinyal positif data ekonomi tersebut berpotensi mendorong rupiah untuk kembali menguat,” imbuhnya.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berakhir naik menutup September. Indeks naik naik signifikan 1,09% atau 45,5 poin ke level 4.223,90.

Penguatan indeks ditopang aksi beli asing yang mencapai Rp 1,9 triliun. Sedangkan aksi jual asing Rp 1,5 triliun sehingga net buy asing sekitar Rp 400 miliar.

Editor: Yudho Winarto.


Distribusi: Kontan Online