Archives for August 2015

Jokowi Minta Masukan Para Ekonom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masukan dari sejumlah ekonom ternama di Tanah Air terkait kondisi pelemahan nilai mata uang rupiah dalam beberapa waktu terakhir.

Beberapa ekonom yang diundang hadir dalam pertemuan internal di Istana Kepresidenan di antaranya Djusman Simanjuntak, Tony Prasetiantono, Prasetiantoko, Anton Gunawan, Hendri Saparini, dan Poltak Hotradero. Selain itu ada Yopie Hidayat, Imam Sugema, Arif Budimanta, Yanuar Rizky, Yose Rizal, dan Destry Damayanti.

Presiden Joko Widodo sendiri didampingi oleh Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki, dan Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis Kantor Staf Kepresidenan Purbaya Yudhi Sadewa.

Ekonom Hendri Saparini setelah pertemuan dengan Presiden mengatakan, ia menyampaikan kepada Presiden bahwa harus ada kebersamaan di dalam menyelesaikan dalam kondisi sekarang ini.

“Jadi kita bukan dalam kondisi yang sangat buruk sekarang ini semestinya, karena kita masih mampu tumbuh dan potensi dalam negeri. Hanya bagaimana menyelesaikan ini secara bersamaan, tidak bisa parsial,” tuturnya, Senin (31/8).

Ia juga menekankan masih ada sejumlah instrumen yang belum diimplementasikan pemerintah untuk memperbanyak pasokan dolar di dalam negeri, misalnya, dengan memanfaatkan hubungan bilateral dan meminta pinjaman dari lembaga-lembaga multilateral.

Namun, menurut dia Presiden merasa belum perlu untuk melakukan hal itu dan lebih memilih untuk mengoptimalkan potensi dalam negeri.

“Jadi, tadi Presiden justru menyampaikan bahwa itu belum kita perlukan, masih banyak cara yang bisa kita lakukan. Kalau sektor usaha kita gerakkan, dalam berbagai kondisis perlambatan ini, ada insentif-insentif yang diberikan secara fokus itu akan bisa mendorong ekonomi kita,” paparnya.

Sementara ekonom Anton Gunawan lebih banyak menyoroti soal dampak krisis yang terjadi di Malaysia yang mesti diwaspadai bisa merembet ke Indonesia.

Sedangkan ekonom Arif Budimanta menegaskan soal rencana paket kebijakan yang akan dikeluarkan untuk menghadapi kondisi ekonomi yang terjadi.

“Kita bicara secara umum tidak secara sektoral tetapi yang kita diskusikan bagaimana agar paket kebijakan memperhatikan bauran dari kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil,” ucapnya.

Di sisi lain ekonom Prasentiantoko mengatakan paket deregulasi sedang disiapkan pemerintah dan akan dikeluarkan dalam pekan ini.

“Dalam jangka pendek, kepercayaan asing ini tidak tergerus lebih dalam lagi sehingga likuditasnya pemerintah ini berada dalam situasi yang baik dan usaha-usaha untuk menambah itu diindentifikasi dengan cukup detail,” katanya.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Presiden minta masukan dari para ekonom

Jakarta (ANTARA News) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masukan dari sejumlah ekonom ternama di Tanah Air terkait kondisi pelemahan nilai mata uang rupiah dalam beberapa waktu terakhir.

Beberapa ekonom yang diundang hadir dalam pertemuan internal di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, di antaranya Djusman Simanjuntak, Tony Prasetiantono, Prasetiantoko, Anton Gunawan, Hendri Saparini, dan Poltak Hotradero.

Selain itu ada Yopie Hidayat, Imam Sugema, Arif Budimanta, Yanuar Rizky, Yose Rizal, dan Destry Damayanti.

Presiden Joko Widodo sendiri didampingi oleh Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki, dan Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis Kantor Staf Kepresidenan Purbaya Yudhi Sadewa.

Ekonom Hendri Saparini setelah pertemuan dengan Presiden mengatakan, ia menyampaikan kepada Presiden bahwa harus ada kebersamaan di dalam menyelesaikan dalam kondisi sekarang ini.

“Jadi kita bukan dalam kondisi yang sangat buruk sekarang ini semestinya, karena kita masih mampu tumbuh dan potensi dalam negeri. Hanya bagaimana menyelesaikan ini secara bersamaan, tidak bisa parsial,” tuturnya.

Ia juga menekankan masih ada sejumlah instrumen yang belum diimplementasikan pemerintah untuk memperbanyak pasokan dolar di dalam negeri, misalnya, dengan memanfaatkan hubungan bilateral dan meminta pinjaman dari lembaga-lembaga multilateral.

Namun, menurut dia Presiden merasa belum perlu untuk melakukan hal itu dan lebih memilih untuk mengoptimalkan potensi dalam negeri.

“Jadi, tadi Presiden justru menyampaikan bahwa itu belum kita perlukan, masih banyak cara yang bisa kita lakukan. Kalau sektor usaha kita gerakkan, dalam berbagai kondisi perlambatan ini, ada insentif-insentif yang diberikan secara fokus itu akan bisa mendorong ekonomi kita,” paparnya.

Sementara ekonom Anton Gunawan lebih banyak menyoroti soal dampak krisis yang terjadi di Malaysia yang mesti diwaspadai bisa merembet ke Indonesia.

Sedangkan ekonom Arif Budimanta menegaskan soal rencana paket kebijakan yang akan dikeluarkan untuk menghadapi kondisi ekonomi yang terjadi.

“Kita bicara secara umum tidak secara sektoral tetapi yang kita diskusikan bagaimana agar paket kebijakan memperhatikan bauran dari kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil,” ucapnya.

Di sisi lain ekonom Prasentiantoko mengatakan paket deregulasi sedang disiapkan pemerintah dan akan dikeluarkan dalam pekan ini.

“Dalam jangka pendek, kepercayaan asing ini tidak tergerus lebih dalam lagi sehingga likuditasnya pemerintah ini berada dalam situasi yang baik dan usaha-usaha untuk menambah itu diindentifikasi dengan cukup detail,” tukasnya.

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Moneter

TBIG Bukukan Pendapatan Rp1,6 Triliun

INILAHCOM, Jakarta- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mencatatkan, pendapatan sebesar Rp1.672 triliun sepanjang semester I – 2015.

Hardi Wijaya Liong, CEO PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) menuturkan, TBIG mencatat pendapatan dan EBITDA masing – masing sebesar Rp1.672 miliar dan Rp1.417 miliar untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015.

“Jika pencapaian triwulan kedua ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp3.379 miliar dan Rp2.858 miliar,” kata dia di Jakarta, Senin (31/8/2015).

Ia menjelaskan, per 30 Juni 2015, TBIG memiliki 19.416 penyewaan dan 12.159sitetelekomunikasi.Sitetelekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 11.154 menara telekomunikasi, 941 shelter-onlydan 64 jaringan DAS.

Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 18.411, rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,65.

“Di semester pertama tahun ini, kami menambah 419 menara dan 956 penyewaan ke dalam portfolio kami. Kebijakan untuk tidak mengikutsertakan penyewaan dan pendapatan Bakrie Telecom telah mengurangi keseluruhan penyewaan kami di semester pertama namun kami terus melaksanakan pesanan dari pelanggan operator telekomunikasi kami,” tuturnya.

Sementara total pinjaman (debt) perseroan, lanjut dia jika pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp14.383 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp6.765 miliar.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp323 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp14.060 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp6.442 miliar.

Menggunakan EBITDA triwulan kedua 2015 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,25x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4.92x.

Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG mengatakan, kebijakan lindung nilai l telah terbukti sangat efektif dan melindungi TBIG dari volatilitas yang dihadapi oleh rupiah dan mata uang negara-negara berkembang lainnya. Instrumenderivatif yang diambil sesuai dengan jatuh tempo pinjaman.

“Kami telah melakukan kebijakan lindung nilai terhadap pinjaman berdenominasi dolar AS kami sejak tahun 2010 dan terus melanjutkan strategi konservatif untuk meminimalisir risiko nilai tukar mata uang asing,” ucapnya.

Alhasil, TBIG telah melakukan lindung nilai terhadap sekitar 90% dari pinjaman berdenominasi dolar AS dengan menggunakan instrumen lindung nilai. “Itu ditambah dengan proteksi lebih lanjut dari pendapatan senilai US$40 juta per tahun dari kontrak jangka panjang dengan pendapatan dolar AS,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Yen Jepang & Euro Tekan Dolar AS

INILAHCOM, Tokyo – Dolar AS melemah terhadap yen dan euro di perdagangan Asia, Senin (31/08/2015). Itu tertekan kekhawatiran bahwa kelesuan ekonomi China bisa menyeret pertumbuhan global, membalikkan reli yang dipicu oleh harapan kenaikan suku bunga AS pada September 2015.

Dolar juga melemah terhadap rupiah Indonesia. Pada perdagangan sore di Tokyo, dolar merosot menjadi 121,10 yen dari 121,52 yen, Jumat sore di New York. Euro naik menjadi US$1,1249 dan 136,24 yen dibandingkan dengan US$1,1188 dan 135,97 yen di perdagangan AS.

Berbicara pada akhir pekan di sela-sela simposium bank sentral yang digelar The Fed di Jackson Hole, wakil ketua Federal Reserve Stanley Fischer mengakui bahwa gejolak yang berakar di China telah mengangkat beberapa pertanyaan tentang situasi ekonomi, sekalipun data AS tetap baik.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan dolar karena investor mencari aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi. Tetapi pada Senin kekhawatiran baru tentang Tiongkok muncuk ketika pasar menunggu rilis data manufaktur minggu ini. Beberapa ekonom memperkirakan kontraksi dalam kegiatan manufaktur pada Agustus, yang akan menjadi yang pertama sejak Februari, menurut Bloomberg News.

Dolar sebagian besar menguat terhadap mata uang Asia-Pasifik. Unit AS meningkat menjadi 1,4130 dolar Singapura dari 1,4027 dolar Singapura pada Jumat, menjadi 46,78 peso Filipina dari 46,64 peso, dan menjadi 1.182,89 won Korea Selatan dari 1.175,90 won.

Greenback juga naik menjadi 32,55 dolar Taiwan dari 32,28 dolar Taiwan, menjadi 35,89 baht Thailand dari 35,85 baht dan menjadi 66,32 rupee India dari 66,08 rupee, sementara itu melemah menjadi Rp14.029 dari Rp14.038. Dolar Australia turun menjadi 71,54 sen AS dari 71,68 sen AS, sedangkan yuan China diambil 18,99 yen terhadap 18,93 yen. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

BI Belum Berencana Devaluasi Rupiah

INILAHCOM, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memastikan tidak akan mengikuti jejak ThePeople’s Bank of China yang mendevaluasi mata uang Yuan.

Direktur Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menyatakan komitmen bank sentral untuk tetap menjaga fundamental rupiah tanpa devaluasi.

“Tapi kondisi beda dengan negara lain. China mendevaluasi, apakah kita akan meendevaluasi juga? enggak!. Kebijakan tidak ke situ. Vietnam nurunin kita enggak ke situ. kita juga ikutin, kita jaga nilai tukar dalam koridor fundamental itu dan daya saing tetap jaga, ” katanya di Jakarta, Senin (31/8/2015).

Menurutnya, Indonesia akan menjaga tidak banyak outflow yang lari dari pasar modal demi menjaga kurs rupiah. “Beda kondisi dengan yang lain. selain jaga daya saing, kita punya target ekonomi makro. Inflasi tercapai, current account deficit, capital flow harus tetap masuk, ” kata dia.

Sebelumya, devaluasi mata uang Yuan diambil setelah pengumuman bahwa ekspor China bulan Juli turun lebih 8 persen dari waktu yang sama tahun lalu.Bank Sentral China mendevaluasi mata uangnya hampir 2 persen. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal