Archives for August 2015

Rupiah tertekan The Fed

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah merespon hasil pertemuan Bank Central seluruh dunia dalam Jackson Hole Symposium. Pergerakan rupiah juga menunggu data ekonomi dalam negeri yang akan dirilis awal September.

Di Pasar Spot, Senin (31/8) nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) naik 0,6% ke level Rp 14.067 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia juga menunjukkan rupiah turun tipis ke Rp 14.027 dari sebelumnya Rp 14.011 per dollar AS.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS merupakan respon dari pernyataan Wakil Gubernur The Fed, Stanley Fischer dalam pertemuan Jackson Hole. “Fischer memberi pernyataan yang memunculkan kembali peluang kenaikan suku bunga The Fed September ini,” ungkap Josua.

Namun demikian, Josua melihat pernyataan Fischer belum bisa mewakili keputusan FOMC dalam pertemuan bulan September. “Perkembangan terakhir suku bunga The Fed akan tetap dipertahankan,” imbuhnya.

Sementara dari dalam negeri, Josua memperkirakan inlfasi Agustus secara bulanan berada di level 0,58%, sedangkan secara tahunan sekitar 7,38%. “Kalau dilihat dari bulanan relatif turun dari Juli, namun dari tahunan sedikit meningkat,” lanjut dia.

Editor: Adi Wikanto.


Distribusi: Kontan Online

BI Ingin RI Tinggalkan Dolar AS

Jakarta -Di tengah penguatan dolar AS yang mencapai Rp 14.000, Indonesia harus perlahan meninggalkan mata uang negeri paman sam itu. Dalam perdagangan ekspor-impor, Indonesia bisa mulai mengurangi pemakaian dolar AS.

“Makanya perdagangan antar negara Asia, misalnya Indonesia dengan Jepang bisa dibayar dengan yen. Itu akan bantu, iya kan. Maka kalau impor dari Jepang bisa pakai yen,” ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (31/8/2015).

Bila ini dilakukan, lanjut Mirza, tekanan pelemahan rupiah ke perekonomian dalam negeri bisa berkurang.

“Jadi memang effort (usaha) jangka menengah panjang adalah ‎mendiversifikasi pembayaran perdagangan tidak pada dolar saja, pasti akan lebih baik,” kata Mirza.

Selain itu juga, dalam perdagangan dengan China, Indonesia juga bisa menggunakan yuan sebagai alat pembayaran.

“Usaha itu harus dilakukan bersama. Jadi ya pembelinya harus bisa menempatkan yuannya. Terus terang dapatkan yen lebih gampang daripada renminbi (yuan). Kan renminbi belum fully comfortable dibandingkan yen,” tukasnya.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki perjanjian Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) yang digunakan untuk meningkatkan kerjasama perdagangan bilateral dan memperkuat kerjasama keuangan antara kedua negara, serta mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan dolar AS.

Saat ini BI telah memiliki BCSA dengan China dan Korea. Nilai kerja sama dengan Korea: KRW (won) 10,7 triliun atau Rp 115 triliun (ekuivalen US$ 10 miliar), sementara dengan Bank Sentral China (PBoC) adalah CNY (yuan) 100 miliar atau setara Rp 175 triliun.

(mkl/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

BI: Jangan Pikir Hanya Rupiah Saja yang Melemah

Jakarta -Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) tidak hanya terjadi terhadap rupiah. Kondisi ini juga terjadi pada hampir seluruh mata uang di dunia, khususnya di Asia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adhityaswara, menilai hal penguatan dolar AS bukan sesuatu yang unik.

“Jangan hanya bicara kurs rupiah. Maksud saya saat ini yang terjadi penguatan dolar AS terhadap seluruh mata uang. Dolar menguat terhadap rupiah bukan sesuatu yang unik,” jelas Mirza di Gedung Dhanapala, Kemenkeu, Jakarta, Senin (31/8/2015)

Penguatan yang terjadi pada dolar AS disebabkan oleh aksi investor yang panik. Karena merespons beberapa hal. Di antaranya adalah terkait dengan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), dan devaluasi atau pelemahan mata uang oleh China yaitu yuan.

“Saya rasa pemerintah dan masyarakat juga berhak untuk tahu, kalau yang sekarang terjadi adalah penguatan dolar AS terhadap semua,” ujarnya.

Mirzal mengatakan, pergerakan rupiah dengan dolar Australia dan rupiah terhadap yen Jepang cukup stabil.‎

“Kalau rupiah terhadap dolar Australia stabil. Rupiah terhadap yen juga. Sekali-kali perlu memberikan masyarakat hak untuk mendapatkan pengetahuan,” tukasnya.

(mkl/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Rupiah Senin sore melemah menjadi Rp14.031

Jakarta (ANTARA News) – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore melemah 49 poin menjadi Rp14.031 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.982 per dolar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah terhadap dolar AS menjelang akan dirilisya beberapa data ekonomi Indonesia periode Agustus 2015 oleh Badan Pusat Statistik.

“Investor sedang wait and see mengantisipasi data inflasi besok (1/9), di tengah situasi itu investor uang cenderung melepas sebagian aset rupiahnya, diharapkan inflasi masih dalam posisi rendah sehingga dapat menopang nilai tukar domestik,” katanya.

Ia juga mengharapkan bahwa data ekonomi domestik lainnya yang juga akan dirilis pada pertengahan September ini mencatatkan perbaikan untk kinerja ekspor-impor.

Dari eksternal, lanjut dia, dolar AS masih tertopang oleh proyeksi data penggajian non pertanian atau non farm payrolls (NFP) yang meningkat, data itu sedianya akan dirilis pada akhir pekan ini. Jika data NFP itu meningkat maka dolar AS berpotensi melanjutkan penguatannya kembali terhadap rupiah.

Namun, menurut dia, dolar AS juga masih rentan terhadap koreksi menyusul adanya saran dari Presiden Fed Atlanta Dennis Lockhart agar The Fed mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunganya ditengah kondisi perekonomian global yang masih melambat.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa nilai tukar rupiah bergerak konsolidasi menjelang akan dirilisnya data-data ekonomi dalam negeri pada awal September besok (1/9).

“Laju rupiah bisa berbalik menguat terhadap dolar AS jika data ekonomi domestik yang dirilis menunjukan hasil positif, salah satunya inflasi yang rendah,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (31/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.027 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.011 per dolar AS.

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Rp14.031, Rupiah Melemah 49 Poin

INILAHCOM, Jakarta – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (31/08/2015) sore melemah 49 poin. Rupiah menjadi Rp14.031 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.982 per dolar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin (31/08/2015) mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah terhadap dolar AS menjelang akan rilis beberapa data ekonomi Indonesia periode Agustus 2015 oleh Badan Pusat Statistik.

“Investor sedang ‘wait and see’ mengantisipasi data inflasi besok (1/9), di tengah situasi itu investor uang cenderung melepas sebagian aset rupiahnya, diharapkan inflasi masih dalam posisi rendah sehingga dapat menopang nilai tukar domestik,” jelas Lukman.

Ia juga mengharapkan data ekonomi domestik lainnya yang juga akan rilis pada pertengahan September 2015 mendatang mencatatkan perbaikan kinerja ekspor-impor. Dari eksternal, lanjut dia, dolar AS masih tertopang oleh proyeksi data penggajian non pertanian atau non farm payrolls (NFP) yang meningkat, data itu sedianya akan rilis akhir pekan mendatang. Jika data NFP itu meningkat maka dolar AS berpotensi melanjutkan penguatannya kembali terhadap rupiah.

Namun, menurut dia, dolar AS juga masih rentan terhadap koreksi menyusul adanya saran Presiden Fed Atlanta Dennis Lockhart agar The Fed mempertimbangkan menaikkan suku bunga ditengah kondisi perekonomian global yang masih melambat.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa nilai tukar rupiah bergerak konsolidasi menjelang akan dirilisnya data-data ekonomi dalam negeri pada awal September besok (01/09/2015).

“Laju rupiah bisa berbalik menguat terhadap dolar AS jika data ekonomi domestik yang dirilis menunjukan hasil positif, salah satunya inflasi yang rendah,” jelas dia.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (31/08/2015) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.027 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.011 per dolar AS. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal