TBIG Bukukan Pendapatan Rp1,6 Triliun

INILAHCOM, Jakarta- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mencatatkan, pendapatan sebesar Rp1.672 triliun sepanjang semester I – 2015.

Hardi Wijaya Liong, CEO PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) menuturkan, TBIG mencatat pendapatan dan EBITDA masing – masing sebesar Rp1.672 miliar dan Rp1.417 miliar untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015.

“Jika pencapaian triwulan kedua ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp3.379 miliar dan Rp2.858 miliar,” kata dia di Jakarta, Senin (31/8/2015).

Ia menjelaskan, per 30 Juni 2015, TBIG memiliki 19.416 penyewaan dan 12.159sitetelekomunikasi.Sitetelekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 11.154 menara telekomunikasi, 941 shelter-onlydan 64 jaringan DAS.

Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 18.411, rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,65.

“Di semester pertama tahun ini, kami menambah 419 menara dan 956 penyewaan ke dalam portfolio kami. Kebijakan untuk tidak mengikutsertakan penyewaan dan pendapatan Bakrie Telecom telah mengurangi keseluruhan penyewaan kami di semester pertama namun kami terus melaksanakan pesanan dari pelanggan operator telekomunikasi kami,” tuturnya.

Sementara total pinjaman (debt) perseroan, lanjut dia jika pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp14.383 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp6.765 miliar.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp323 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp14.060 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp6.442 miliar.

Menggunakan EBITDA triwulan kedua 2015 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,25x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4.92x.

Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG mengatakan, kebijakan lindung nilai l telah terbukti sangat efektif dan melindungi TBIG dari volatilitas yang dihadapi oleh rupiah dan mata uang negara-negara berkembang lainnya. Instrumenderivatif yang diambil sesuai dengan jatuh tempo pinjaman.

“Kami telah melakukan kebijakan lindung nilai terhadap pinjaman berdenominasi dolar AS kami sejak tahun 2010 dan terus melanjutkan strategi konservatif untuk meminimalisir risiko nilai tukar mata uang asing,” ucapnya.

Alhasil, TBIG telah melakukan lindung nilai terhadap sekitar 90% dari pinjaman berdenominasi dolar AS dengan menggunakan instrumen lindung nilai. “Itu ditambah dengan proteksi lebih lanjut dari pendapatan senilai US$40 juta per tahun dari kontrak jangka panjang dengan pendapatan dolar AS,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*