Trend Pelemahan Ekonomi Global Masih Ada, IMF Himbau Bank Sentral Dunia Bijaksana

Trend Pelemahan Ekonomi Global Masih Ada, IMF Himbau Bank Sentral Dunia Bijaksana

International Monetary Fund (IMF) mendesak negara maju untuk segera menghindari pengurangan stimulus moneter secara buru-buru, melainkan harus secara bertahap. Sebab hal itu akan membuat arus keluar modal dan depresiasi mata uang di negara berkembang akan semakin dalam.

Dalam catatan yang disiapkan untuk pertemuan G-20 di Sydney pada tanggal 22 dan 23 Februari mendatang, IMF mengatakan pemulihan ekonomi global masih lemah dan risiko penurunan yang signifikan tetap ada.

Meskipun demikian, prospek pertumbuhan di bulan Januari tetap baik, dengan syarat dampak dari volatilitas keuangan yang terjadi baru-baru ini tidak berlangsung lama. IMF sendiri memperkirakan pertumbuhan GDP global akan sebesar 3,7 persen tahun ini dan naik 3,9 persen pada tahun 2015.

Dalam laporannya, IMF mengatakan pemulihan ekonomi masih berada di bawah level yang diharapkan. Menurut IMF, diperlukan aksi bersama untuk mendukung pertumbuhan dan untuk menurunkan risiko penurunan global.

Salah satunya adalah, IMF menyerukan kepada Federal Reserve (The Fed) untuk memperhatikan penyesuaian bertahap pembelian aset. Di tempat lain, di kawasan euro, pelonggaran moneter masih dilakukan sampai sebatas penurunan suku bunga, dan diperlukan kebijakan lain untuk mencapai target inflasi. Menurut IMF, Bank of Japan juga harus mengurangi suku bunga jika ingin mencapai target inflasi 2 persen.

Organisasi yang berbasis di Washington ini juga mengatakan Bank Sentral Eropa harus memberikan kejelasan ketersediaan dana bagi bank jika mereka membutuhkan dana setelah krisis. Selain risiko yang timbul dari eksodus modal, suku bunga yang lebih tinggi, dan pelemahan mata uang di pasar negara berkembang, risiko baru berasal dari inflasi yang sangat rendah di kawasan euro.

Untuk menghadapi gejolak, IMF menyarankan negara berkembang untuk mengetatkan kebijakan moneter guna menjaga inflasi di level yang relatif tinggi, dan untuk terus menciptakan fleksibilitas nilai tukar guna memfasilitasi penyesuaian mata uang lain yang dinilai terlalu tinggi. Perlu dibuat penguatan dan kebijakan baru yang lebih seimbang dan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah sekaligus mengurangi risiko gejolak ekonomi global baru.

Rizki Abadi/Journalist

Editor : Jul Allens

Pic : aim


(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )

Speak Your Mind

*

*