Financeroll – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (25/5) pagi hingga siang, bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp 13.163 per dolar Amerika Serikat dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp 13.158/dolar AS. Kurs rupiah bergerak melemah ketika mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Sentimen negatif internal sepertinya masih menghalangi rupiah untuk bergerak positif.
Perkiraan inflasi oleh Bank Indonesia (BI) yang masih tinggi pada bulan Mei ini menjadi salah satu alasan pergerakan mata uang rupiah kembali berada di area negatif. Di sisi lain, pelaku pasar uang juga masih khawatir terhadap pernyataan Gubernur the Fed Janet Yellen yang yakin kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) akan naik pada tahun ini. Janet Yellen dalam pidatonya mengatakan bahwa kenaikan suku bunga the Fed masih akan terjadi pada tahun ini jika kondisi perekonomian AS terus membaik.
Selain itu, The Fed yang belum memastikan waktu kenaikan suku bunganya akan terus membayangi laju rupiah. Selama belum adanya kepastian waktu dari the Fed, rupiah akan cenderung mengalami depresiasi. Secara psikologis, sentimen yang belum pasti akan memicu pelaku pasar uang mengakumulasi nilai tukar yang dianggap dapat menjaga nilai aset. Dalam hal ini dolar AS masih menjadi favorit investor. [Sugeng R]
—
Distribusi: Financeroll Indonesia
Speak Your Mind