Rupiah Ditutup Menguat ke Posisi Rp 13.584/USD

shadow

Financeroll – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (9/2) sore, menguat 13 poin menjadi Rp 13.584 per dolar AS dibandingkan dengan sebelumnya Rp 13.597 per dolar AS.  Sentimen eksternal mempengaruhi laju mata uang domestik. Meredupnya isu kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat setelah komentar salah satu petinggi Federal Reserve (bank sentral AS) yang mengisyaratkan untuk ditundanya kenaikan suku bunga menahan laju dolar AS.

Pejabat bank sentral AS menyarankan agar kenaikan suku bunga selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu perbaikan ekonomi global.  Meredupnya isu kenaikan suku bunga AS,  juga telah mendorong harga minyak mentah dunia meningkat sehingga memberikan sentimen positif bagi mata uang komoditas.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (9/2) sore ini, meningkat menjadi 30,44 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 33,34 dolar AS per barel.  Data tenaga kerja Amerika Serikat akan menjadi fokus investor di pasar uang. Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis jumlah lowongan kerja pada bulan Desember 2015.

Kalangan analis memprediksi perusahaan-perusahaan AS yang membuka lowongan kerja sebanyak 5,4 juta pekerjaan pada bulan Desember 2015, sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.  Sentimen aset berisiko akan terjaga jika tidak ada berita yang berdampak signifikan dari rilis data kerja AS.  Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (9/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp  13.689 dibandingkan hari sebelumnya (5/2) Rp  13.653.  

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menilai belanja pemerintah akan menjadi pendorong utama yang memacu ekonomi domestik pada tahun ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.  Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, momentum meningkatnya pertumbuhan ekonomi terlihat jelas pada triwulan IV 2015 yang tumbuh di atas 5%.

Triwulan IV lalu pertumbuhan ekonomi 5,04%, di atas proyeksi BI. Sumber pertumbuhannya paling besar didorong oleh belanja pemerintah. Kelihatan sekali sumber pertumbuhan di sektor konstruksi, sejalan dengan proyek infrastruktur yang dilakukan pemerintah.  Untuk Triwulan I 2016, pertumbuhan ekonomi akan meningkat dibandingkan triwulan I tahun lalu di mana saat itu pemerintah masih melakukan reorganisasi kementerian.  Triwulan ini, dengan adanya lelang di akhir 2015, pertumbuhan akan sangat cepat dan tinggi. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*