Rupiah Ditutup Melemah di Posisi Rp 13.987/USD

shadow

 Benzano – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (20/1) sore, bergerak melemah sebesar 135 poin menjadi Rp 13.987 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 13.852 per dolar AS.  Sentimen dari Tiongkok dan Amerika Serikat member pengaruh pada pergerakan nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan cukup dalam pada hari ini.  Prediksi ekonomi Tiongkok yang masih melambat akibat dana anggaran belanja modalnya yang terkoreksi akan mengganggu pertumbuhannya. Situasi itu, memicu arus modal di Tiongkok cenderung keluar sehingga menekan mata uang yuan.

Potret Tiongkok yang negatif itu memicu pasar keuangan di kawasan Asia menjadi kurang dinamis, yang akhirnya berdampak negatif bagi nilai tukar rupiah.  Di sisi lain, harga minyak mentah dunia yang masih berada dalam tren penurunan dinilai masih akan membayangi laju perekonomian Tiongkok dan negara-negara berkembang lainnya. Kondisi itu menambah dorongan pelaku pasar untuk menghindar aset berisiko di negara berkembang.

Beberapa data ekonomi Amerika Serikat, salah satunya tingkat kemampuan produksinya yang meningkat, memberi harapan laju ekonomi di negeri Paman Sam itu membaik.  Pelaku pasar cenderung memburu aset-aset di Amerika Serikat melalui dolar AS dan situasi itu yang juga menekan depresiasi rupiah cukup dalam.  Meski demikian, Lucky Bayu Purnomo mengharapkan kebijakan Bank Indonesia yang telah memangkas suku bunga acuannya menjadi 7,25% dapat meredam kecemasan pasar terhadap ekonomi domestik.

Pemangkasan BI rate diharapkan memberi ruang bagi pertumbuhan kredit di dalam negeri serta produk barang domestik dapat terserap sehingga menjaga optimisme pelaku pasar terhadap perekonomian lokal.  Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu (20/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.896 dibandingkan hari sebelumnya (19/1) di posisi Rp 13.921 per dolar AS.  

Bank Indonesia (BI) menyatakan utang luar negeri (ULN) Indonesia sampai dengan November 2015 masih cukup sehat. Meski begitu, BI tetap perlu mewaspadai dampak posisi ULN terhadap perekonomian nasional.  ULN Indonesia per November 2015 mencapai USD 304,5 miliar, meningkat sekitar USD 1 miliar dari posisi bulan sebelumnya USD 303,5 miliar. Kondisi ini berbeda dengan posisi ULN Indonesia sejak Juni hingga September 2015 yang ada dalam tren menurun.

Data BI menyebutkan, swasta masih mendominasi total ULN sekitar 54,8% atau sebanyak USD 166,8 miliar. Sedangkan kelompok publik atau pemerintah hanya 45,2% dari total ULN atau sebesar USD 137,7 miliar. Bila dilihat pertumbuhan bulan ke bulan, ULN swasta mengalami penurunan, dari sebelumnya USD  166,9 miliar menjadi USD  166,8 miliar. Sedangkan public meningkat dari USD  136,6 miliar menjadi USD  137,7 miliar. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*