Realisasi Inverstasi Tumbuh 16,8% Namun Daya Serat Tenaga Kerja Berkurang


shadow

Financeroll – Meskipun realisasi investasi periode Januari-September 2014 tercatat Rp343 triliun atau tumbuh 16,8% dari periode yang sama tahun lalu, investasi yang masuk ternyata berbanding terbalik dengan daya serap tenaga kerja.

Padahal, sejak 2010 hingga 2013, tren penyerapan tenaga kerja masih berbanding lurus dengan realisasi investasi. Jika melihat tren tersebut, maka bisa dikatakan investasi tahun ini lebih bersifat industri padat modal, ketimbang padat karya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar tidak menampik adanya tren investasi ke arah padat modal. Menurutnya, daya saing terhadap sektor padat karya masih perlu disempurnakan, terutama iklim ketenagakerjaan.

Di satu pihak, memang investasi kita terus tumbuh sebagai lokasi investasi yang menarik dikarenakan pertumbuhan ekonomi, konsumsi dan daya beli yang tinggi. Tetapi di lain pihak apakah kita sudah memperbaiki iklim ketenagakerjaan.

Iklim ketenagakerjaan yang dimaksud, adalah kepastian yang lebih baik mengenai sistem upah di Indonesia. Baik investor maupun tenaga kerja membutuhkan kepastian mengenai upah agar tidak menimbulkan persoalan ke depannya.

Kendati demikian, rendahnya penyerapan tenaga kerja justru menjadi peluang atau harapan bagi pemerintah yang akan datang untuk memperbaiki daya saing ketenagakerjaan, termasuk persoalan mengenai sistem pengupahan.

Berdasarkan data BKPM, tenaga kerja yang terserap dari realisasi investasi sepanjang Januari-September 2014 mencapai 960.336 orang, atau turun 46% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 1,39 juta orang.

Investasi dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp228,3 triliun tercatat menyerap tenaga kerja sebanyak 725.839 orang. Sementara, investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp114,4 triliun, tercatat menyerap tenaga kerja sebanyak 234.497 orang

Kendati demikian, pemerintah tidak dapat mengerem investasi yang masuk, baik investasi padat modal maupun padat karya. Baik investasi padat modal dan padat karya sangat dibutuhkan bagi perkembangan perekonomian Indonesia.

Masuknya padat modal akan membuat industri dalam negeri menjadi lebih berteknologi, terutama untuk memproduksi bahan baku. Begitu juga dengan padat karya, dimana memberikan kesempatan kerja bagi warga.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai menyusutnya penyerapan tenaga kerja lebih disebabkan tidak adanya koordinasi antara BKPM dengan instansi pemerintah lainnya.

Sampai saat ini, kebijakan industrialisasi tidak ada. Setiap instansi justru memiliki blueprint masing-masing, sehingga investasi yang masuk tidak bisa diarahkan untuk kepentingan nasional, baik untuk menguatkan sektor unggulan, atau penyerapan tenaga kerja.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*