PTBA Akan Jadi Perusahaan Energi Dengan Menjual Listrik 1.500 Megawat

shadow

PT Tambang Batubara Bukit Asam adilsiregar 31 picturesFinanceroll – PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. membidik untuk menjadi perusahaan energi pada 2018 dengan menjual minimal listrik 1.500 Megawatt.

Sekretaris Perusahaan PTBA menjelaskan untuk menuju perusahaan energi pada 2018, perseroan membidik proyek pembangunan power plant hingga 3.500 MW apabila semua rencana berjalan tepat waktu.

Tapi diharapkan semuanya minimal 2018 PTBA minimal menjual 1.500 MW.

Kontribusi penjualan listrik terhadap laba perseroan diperkirakan cukup signifikan. Penjualan batu bara sendiri memberikan kontribusi sekitar 15%-25% terhadap laba bersih.

Proyek-proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menjadi pemilik seperti di PLTU Banjarsari sekitar 60%, Banko Tengah 2×620 MW sekitar 45%, dan Paranap ditargetkan memiliki 30%, dapat memberikan kontribusi dari penjualan batu bara dan dividen.

Perseroan meraup pendapatan dari penjualan batu bara dengan kalori rendah yang tidak butuh angkutan, serta marginnya dipatok minimal 15% untuk kualitas rendah. Kemudian, PTBA juga mendapatkan dari bagian dividen sebagai pemegang saham.

Jika ditotal, apabila perseroan dapat menjual minimal hingga 1.500 MW atau 30%% dari total penjualan PTBA. Namun, jika dihitung dalam neraca rugi/laba, penjualan listrik memberikan kontribusi sekitar 15%-20%.

Itu dengan sizing 1.500 MW, jadi kalau dua kali lipat mungkin akan naik tapi tidak akan otomatis akan multiplier effect dua kali lipat.

Perseroan juga tengah menggenjot penyelesaian proyek-proyek pembangkit listrik pada tahun ini termasuk PLTU Banjarsari 2×110 MW di Lahat Sumatera Selatan. PLTA ini mampu menyerap batu bara perseroan 1,4 juta ton per tahun.

Selain PLTU Banjarsari, PTBA akan menyelesaikan tahap awal pembangunan PLTU Blank Tengah 2×620 MW. Diperkirakan proses negosiasi keuangan proyek ini akan selesai pada paruh kedua tahun ini.

Kemudian perseroan akan melanjutkan pada tahap engineering, procurement, and construction (EPC) yang diperkirakan memakan waktu tiga tahun. Diperkirakan PLTU Blanko Tengah akan mulai beroperasi pada 2017.

Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem jaringan pembangkit ini diperkirakan mencapai US$1,6 miliar. PTBA mnggandeng China HuanDian (CHD) dengan porsi kepemilikan masing-masing 45% dan 55%.

Sementara itu, proyek pembangkit listrik mulut tambang berkapasitas 800 MW-1.200 MW yang melibatkan PTBA, PT PLN (Persero) dan TNB Malaysia, juga berlanjut.

Semua pihak terkait telah menandatangani joint development agreement (JDA). Saat ini tahapan kerjasama tersebut tengah masuk ke proses kaji ulang terhadap hasil studi kelayakan yang meliputi pembangunan PLTU dan sambungan transmisi dari Peranap ke Semanjung Malayia.

PLTU berskala besar ini akan memanfaatkan batubara yang berasal dari tambang PTBA yang terletak di wilayah Peranap, Riau. Kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik mulut tambang ini diperkirakan mencapai 8,4 juta ton per tahun.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*