Pertumbuhan Pusat Perbelanjaan Di Jakarta Alami Perlambatan

Sepanjang 3 bulan pertama tahun 2014, aktivitas sewa pasar ritel di Jakarta terpantau terbatas, karena sedikitnya pasokan baru yang masuk dan ditutupnya 2 pusat perbelanjaan untuk renovasi. Hanya beberapa penyewa besar dan specialty, baik F&B maupun non F&B, yang buka dan menaikkan tingkat hunian di pusat-pusat perbelanjaan yang sudah ada.

Sampai dengan akhir Maret 2014, dengan ditutupnya 2 pusat belanja yang memiliki kinerja kurang bagus dan dibukanya toko-toko baru di pusat perbelanjaan yang sudah ada, tingkat hunian rata-rata pasar ritel Jakarta naik 0,5% (K-K) atau 2,5% (T-T) menjadi 84,0%, sehingga menyisakan ruang ritel kosong sebesar 634.500 m2.

Pada akhir K1 2014, pasokan ritel kumulatif di Jakarta sedikit turun karena penutupan 2 pusat belanja untuk renovasi, yaitu Taman Plaza Modern dan Mahaka Square (Kelapa Gading Sport Center). Penambahan ruang ritel sepanjang kuartal 1 2014 datang dari dibukanya Foodcentrum, sebuah pusat gaya hidup di Sunter, Jakarta Utara, dan perluasan Puri Indah Mall di Jakarta Barat. Dengan demikian, total pasokan ruang ritel di Jakarta menjadi 3.970.100 m2, yang terdiri dari 2.855.100 m2 (71,9%) pusat ritel sewa dan 1.115.100 m2 (28,1%) pusat belanja strata-title.

Sampai dengan akhir 2014 akan terdapat 175.200 m2 ruang ritel tambahan yang akan masuk ke pasar. Hampir seluruh pasokan mendatang adalah ruang ritel sewa. Apabila seluruh proyek diselesaikan pada waktunya, pasokan ruang ritel di Jakarta akan menjadi 4.145.400 m2 pada akhir 2014.

Harga sewa dasar rata-rata ruang ritel di Jakarta pada lokasi premium di lantai dasar tercatat sebesar Rp.661.400 /m2/bulan, naik sekitar 2,0% (K-K) atau 6,7% (T-T). Kebanyakan pusat perbelanjan primer di Jakarta menaikkan service charge mereka pada awal tahun 2014. Service charge rata-rata yaitu Rp.122.900/m2/bulan, naik 10,7% jika dibandingkan dengan kuartal lalu, atau naik 14,5% dibandingkan angka tahun lalu.

Pasar ritel Jakarta akan mengalami perlambatan pertumbuhan pasokan, karena masih berlakunya moratorium pusat belanja oleh Gubernur DKI Jakarta, terutama untuk mengatasi kemacetan. Pasokan ritel mendatang di Jakarta sebagian besar akan datang dari fasilitas ritel penunjang / terspesialisasi. Hanya beberapa pusat belanja one-stop besar, yang sudah memperoleh ijin, yang sekarang sedang dalam tahap pembangunan dan direncanakan akan selesai pada 2014-2016. Dengan demikian, pengembangan pusat perbelanjaan akan menyebar ke daerah-daerah penyangga Jakarta (Debotabek), di mana banyak proyek perumahan sedang dikembangkan.

Dengan terbatasnya pasokan yang ada, pemilik pusat belanja memiliki daya tawar yang lebih tinggi terhadap harga dan periode sewa. Tipe penyewa berkisar dari department stores, F&B, fashion, toko perlengkapan rumah tangga, elektronik, hiburan, dan lain-lain.

Tania Tobing/Analyst at Vibiz Research/VM/VBN-Cushman and Wakefield Indonesia
Editor: Jul Allens


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*