Perlambatan Penyaluran Kredit Akibatkan Surat Berharga Tumbuh

shadow

surat berharga adilsiregar 31 picturesFinanceroll – Perlambatan penyaluran kredit memaksa sejumlah bank untuk memaksimalkan sumber lain, salah satunya menumbuhkan surat berharga, demi mengerek pendapatan serta mengoptimalkan likuiditas.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Juni 2014 total penempatan pada surat berharga oleh bank umum mencapai Rp551,2 triliun, naik dibandingkan Mei yang hanya Rp542,9 triliun. Jumlah itu masih lebih besar ketimbang periode yang sama 2013. Pada Juni 2013 total surat berharga tercatat Rp449,6 triliun, sedangkan Mei Rp468 triliun. Dana yang diperoleh bank umum dari penerbitan surat berharga pada Juni 2014 mencapai Rp53,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan Mei yang tercatat Rp52,4 triliun.

Obligasi menjadi salah pemicu kenaikan penempatan pada surat berharga. Pada Juni 2014 total obligasi bank umum mencapai Rp357,5 triliun, lebih tinggi ketimbang Mei yang hanya Rp342,9 triliun. Pada Mei 2013 total obligasi bank umum hanya mencapai Rp302,9 triliun, sedangkan pada Juni Rp301,8 triliun.

Setali tiga uang dengan obligasi, penempatan pada surat perbendaharaan negara (SPN) juga tercatat meningkat. Pada Juni 2014 SPN mencapai Rp16,4 triliun, sedangkan pada Mei hanya Rp14,3 triliun. Pada Juni 2013 SPN tercatat Rp10,2 triliun, sedangkan pada Mei Rp7,5 triliun.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan penempatan pada sertifikat bank indonesia (SBI) yang tercatat menurun month to month. Jika pada Mei SBI mencapai Rp114,9 triliun, maka pada Juni pos ini hanya terisi Rp111,5 triliun. Meskipun begitu kondisi ini dinilai lumrah lantaran pada akhir semester I/2014 bank menyiapkan likuiditas untuk mengantisipasi lonjakan penarikan oleh nasabah khususnya sepanjang periode Lebaran.

Direktur Treasury, Financial Institutions & Capital Market PT Bank Victoria International Tbk mengatakan dalam kondisi likuiditas ketat dan perlambatan kredit bank perlu memaksimalkan sumber lain. Saat ini penempatan pada surat berharga masih cukup menarik.

Divisi treasury Bank Victoria saat ini hanya bisa memaksimalkan kombinasi antara pasar uang, surat berharga dan pasar uang antar bank (PUAB) karena belum berstatus bank devisa. Contohnya seperti memindahkan portofolio held to maturity. Begitu surat berharga di jatuh tempo pindahin ke available for sale (AFS), tapi tidak bisa sembarangan harus sesuai.

Untuk mendapatkan likuiditas melalui jalur PUAB saat ini semakin sulit khususnya untuk jangka panjang. Bank besar dengan ekses likuiditas yang besar pula, cenderung menempatkan dalam jangka pendek. Tenor yang lebih lama, akan diiringi dengan kenaikan suku bunga.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*