Minyak Jatuh ke Level Terendah 5 Tahun, Emas Dihantam Dolar


shadow

Harga minyak mentah turun tajam lagi di sesi Jumat, dengan harga patokan AS ditutup di level terendah dalam lebih dari lima tahun. Minyak sempat pulih setelah laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan, tapi kemudian merosot hingga diperdagangkan pada level terendah sejak pertengahan 2009, terbebani oleh dolar menguat dan pemangkasan harga yang dilakukan Arab Saudi untuk para pembeli dari Asia. Penguatan greenback biasanya berimbas negatif terhadap komoditas yang diperdagangkan dalam dolar, karena itu akan membuat harga menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Di New York Mercantile Exchange, minyak mentah berjangka untuk pengiriman Januari turun 97 sen, atau 1,5%, berakhir di $65,84 per barel, menandai penutupan terendah untuk kontrak bulan depan sejak 29 Juli 2009. Harga patokan AS mengalami kerugian mingguan sebesar 0,5% setelah naik selama seminggu Jumat sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari di bursa ICE Futures London merosot 57 sen, atau 0,8%, ke $69,07 per barel. Ini merupakan kerugian 1,5% untuk minggu ini dan penutupan terendah sejak 7 Oktober 2009.

Data Non Farm Payroll menunjukkan bahwa ekonomi AS menambahkan 321.000 pekerjaan pada bulan November, melebihi prediksi ekonom yang memiliki perkiraan 235.000 pekerjaan dari sektor non pertanian. Data yang kuat ini menjadi faktor utama kejatuhan harga minyak mentah yang memang masih berada di dalam alur menurun jangka menengah.

Pada hari Kamis, Saudi Arabian Oil Co, juga dikenal sebagai Saudi Aramco, menurunkan harga jual resmi untuk semua pasokan minyak menuju Asia pada bulan Januari oleh antara $1,50 dan $1,90 per barel, dibandingkan dengan Desember. Hal ini juga memotong harga untuk semua harga minyak mentah ke AS antara 10 sen dan 90 sen per barel. Pasar minyak baru-baru ini menafsirkan penyesuaian harga bulanan Arab Saudi sebagai tanda-tanda niat produsen minyak untuk mempertahankan pangsa pasar melalui perang harga daripada menyesuaikan volume ekspor.

Di saat yang sama harga emas merosot juga karena laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan meredupkan kemilau emas sebagai safe haven tetapi harga logam mulia ini masih berhasil menutup minggu dengan 1,3% lebih tinggi.

Emas untuk pengiriman Pebruari turun $17,30, atau 1,4%, berakhir di $1,190.40 per ounce. Perak untuk pengiriman Maret kehilangan 32 sen, atau 1,9%, ke $16,26 per ounce. Data ekonomi yang lebih kuat meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga yang melemahkan permintaan emas karena komditas ini tidak menghasilkan bunga.

Sehari sebelumnya, emas ditutup di zona merah tapi masih mampu memegang erat level kunci $1.200 per ounce setelah Bank Sentral Eropa memutuskan untuk menunda stimulus tambahan. ECB mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada 0,05% dan mengumumkan bahwa mereka akan menunggu sampai 2015 untuk mempertimbangkan langkah-langkah dukungan pasar tambahan, termasuk membeli utang Eropa.

Untuk hari ini harga komoditas masih cenderung untuk mengikuti alur yang tercipta di pekan lalu. Data Trade Balance Tiongkok mungkin akan menghasilkan fluktuasi pada harga emas anum tidak akan banyak berarti pada harga minyak mentah.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*