Merespon Rilis FOMC, Rupiah Cenderung Konsolidasi

Financeroll – Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (20/2) diprediksi konsolidasi. Pasar merespons rilis notula rapat FOMC.  Hari  ini rupiah berpeluang  konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas. Sebab, rilis notula Federal Open Market Committee (FOMC) dini hari tadi bernada cenderung hawkish (pro moneter ketat).

Mayoritas anggota FOMC mendukung kebijakan tapering.  Karena itu, arah rupiah Kamis ini berpeluang konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas dalam kisaran Rp 11.720 hingga Rp 11.890 per dolar AS.  Meski data AS yang dirilis semalam negatif, notula The Fed masih bisa mengembalikan daya tarik dolar AS.  Jadi, The Fed tidak se-dovish (pro moneter longgar) seperti yang diperkirakan pasar.

Sebelumnya, pasar beranggapan  dengan buruknya data AS yang dirilis dalam sebulan terakhir akan mendorong The Fed untuk lebih berhati-hati dalam pengurangan pembelian obligasinya (tapering).  Hanya saja, notula The Fed menunjukkan bahwa mayoritas petinggi The Fed masih tetap menginginkan untuk mengurangi kebijakan stimulusnya.

Terlebih,  selain dari AS, pasar menantikan rilis data indeks manufaktur China versi HSBC nanti malam yang angkanya sudah diprediksi melemah dari 49,5 menjadi 49,4.  Angka ini sudah berada di bawah level ekspansi 50.  Kondisi itu bisa memberikan sentimen negatif bagi rupiah. Hanya saja, serangkaian rilis indeks manufaktur zona euro yang dirilis kemarin sore, cukup positif bagi rupiah.

Sebab, angkanya sudah diprediksi naik dari 54 jadi 54,2 sehingga memberikan sentimen positif untuk rupiah.  Karena itu, secara umum sentimen pasar cukup variatif sehingga rupiah pun berpeluang konsolidasi cenderung menguat terbatas.  Untuk duketahui, kurs rupiah terhadap dolar AS  di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (19/2) ditutup menguat 47 poin (0,39%) ke level Rp 11.773-11.790. [geng]