Mata Uang Asia Bukukan Penurunan Terburuk Sejak 2008 terhadap Dollar Sepanjang 2013

Mata Uang Asia Bukukan Penurunan Terburuk Sejak 2008 terhadap Dollar Sepanjang 2013

Mata uang negara-negara di Asia tampak mengalami penurunan tajam sepanjang tahun 2013 ini (31/12). Beberapa mata uang bahkan mengalami penurunan paling tajam sejak tahun 2008 atau bertepatan dengan merebaknya krisis keuangan global. Anjloknya mata uang-mata uang ini disebabkan oleh aksi para investor asing yang memilih untuk keluar dari emerging markets sebagai usaha antisipasi keputusan Fed untuk melakukan pengurangan stimulus moneternya.

Rupiah tampak mengalami penurunan tajam dan menjadi pimpinan penurunan di kawasan Asia. Mata uang ini mengalami penurunan tahunan paling tajam sejak tahun 2000. Anjloknya rupiah ini terjadi di tengah kekhawatiran mengenai defisit transaksi berjalan dan risiko politik jelang pemilu pada tahun 2014 mendatang.

Mata uang rupee dari India mengalami penurunan untuk tiga tahun berturut-turut dan baht dari Thailand mengalami penurunan hingga mencapai level paling rendah sejak tahun 2010 yang lalu.

Yuan China mengalami kenaikan tajam hingga mencapai posisi paling tinggi dalam 20 tahun belakangan di tengah optimisme bahwa pemerintahnya melakukan usaha untuk mendorong penggunaan yuan sebagai mata uang dalam transaksi perdagangan global. Sementara itu won dari Korea Selatan juga mengalami peningkatan untuk dua tahun berturut-turut.

Indeks dollar Bloomberg-JPMorgan Asia mengalami penurunan sebesar 1.9 persen tahun ini. Penurunan ini paling tajam setelah yang terjadi pada tahun 2008 lalu, yang mencapai sebesar 5.9 persen. Indeks ini mengalami penurunan bulanan terburuk pada bulan Mei lalu untuk tahun 2013 ini, jatuh sebesar 1.4 persen setelah Fed mengatakan kepada para petinggi pemerintahan Amerika Serikat bahwa bank sentral akan mulai mempertimbangkan untuk melakukan pengurangan dari stimulus moneter bulanannya yang dipatok sebesar 85 miliar dollar. Pada rapat tanggal 17-18 Desember lalu Fed akhirnya memutuskan untuk menurunkan program pembelian obligasi bulanannya menjadi 75 miliar dollar, efektif mulai bulan Januari mendatang.

(ia/JA/vbn)                                                                                                                                                                                        


(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )

Speak Your Mind

*

*