Jumat Siang, Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.862/USD

shadow

Financeroll – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (8/1) pagi hingga siang, bergerak menguat sebesar 65 poin menjadi Rp 13.862 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 13.927 per dolar AS.  Salah satu faktor mata uang dolar AS mengalami pelemahan yakni kekhawatiran akan memburuknya situasi ekonomi di Tiongkok sehingga akan menghalangi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) yang agresif. 

Secara umum sentimen dari dalam negeri juga masih cukup positif seperti inflasi yang diproyeksikan tetap terjaga, permintaan domestik membaik, percepatan belanja pemerintah, peluang suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dipangkas, serta cadangan devisa yang akan mulai naik.  Meski demikian, pelaku pasar diharapkan tetap waspada mengingat gejolak ekonomi Tiongkok sepertinya belum akan mereda dalam waktu dekat. Situasi itu masih membuka peluang rupiah dapat kembali terdepresiasi.

Perkembangan ekonomi Tiongkok masih akan terus disorot oleh investor di pasar uang seraya menanti rilis data pekerjaan Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis pada akhir pekan ini waktu setempat.  Jika data AS yang dirilis menunjukan hasil optimis maka berpotensi mengurangi kekhawatiran investor mengenai prospek ekonomi global.

Di tengah situasi yang belum pasti itu pelaku pasar uang diperkirakan masih akan cenderung menempatkan asetnya ke dalam kategori “safe haven” seperti mata uang dolar AS.

Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (7/1) sore, menguat 56 poin menjadi Rp 13.887 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.943 per dolar AS.  Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang, termasuk rupiah menyusul adanya kemungkinan kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS). Kalangan petinggi bank sentral AS (The Fed) menunjukkan masih adanya kekhawatiran mengenai inflasi.

Meski demikian, penguatan mata uang rupiah masih cukup rentan dikarenakan adanya uji coba nuklir oleh Korea Utara, situasi itu dapat menambah daftar kekhawatiran pelaku pasar uang disamping masalah geopolitik Arab Saudi dan Iran di Timur Tengah. Bertambahnya kekhawatiran ketegangan geopolitik akan membuat minat investor pada aset mata uang safe haven, salah satunya yakni dolar AS dapat kembali meningkat.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diperkirakan melakukan intervensi terhadap mata uang domestik di pasar valas sehingga mengalami penguatan meski sentimen eksternal cukup negatif.  Posisi cadangan devisa Indonesia yang masih relatif baik di posisi 100,2 miliar dolar AS per akhir November 2015, masih cukup untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*