Emas Menatap Fed, Minyak Pantau Yaman


shadow

Financeroll – Emas merosot tipis di Asia menjelang dimulainya pertemuan Federal Reserve selama dua hari yang akan membahas kebijakan-kebijakan  moneter dan diperkirakan pertemuan kali ini akan lebih jelas mengatur waktu kenaikan suku bunga yang diharapkan terjadi akhir tahun ini.

Emas berjangka untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Mercantile Exchange mereda 0,28% menjadi $1.199,80 per troy ounce, merosot di bawah $1.200,00. Semalam harga emas melesat naik, menghapus kerugian dari penurunan terjal pekan lalu, karena para pedagang logam mulia menunggu indikasi dari Federal Reserve mengenai waktu kenaikan suku bunga.

Pada pertemuan kali ini diperkirakan The Fed akan terus mempertahankan patokan federal funds rate di level saat ini dari nol hingga 0,25%. Perkiraan ini senada dengan ketika Fed merilis risalah dari pertemuan Maret lalu dimana komite memutuskan bahwa  peningkatan suku bunga tidak mungkin pada pertemuan di bulan April.

Emas, yang tidak memiliki untuk suku bunga atau dividen, harus berjuang untuk bersaing dengan aset yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi saat suku bunga dinaikkan. Saat inipun emas harus berkompetisi dengan saham-saham yang bergerak di dalam jalur bullish yang kuat.

Sementara itu harga minyak mentah melemah pada Selasa pagi menjelang data pasokan industri dan kekhawatiran yang semakin berkembang dari konflik yang lebih luas di Yaman. American Petroleum Institute (API) akan melaporkan stok minyak mentah, bensin dan distilat untuk akhir pekan lalu, yang akan diikuti data serupa dari Departemen Energi AS pada hari Rabu.

Di New York Mercantile Exchange, minyak mentah WTI untuk pengiriman Juni turun 0,50% ke $56,71 per barel. Di Intercontinental Exchange (ICE), minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 0,42 atau 0,64% menjadi $64,86 per barel pada Senin.

Semalam, minyak mentah berjangka turun sedikit di tengah eskalasi pertempuran di Yaman antara Arab Saudi dan pemberontak yang dip[impin Syiah Houthi dukungan Iran. Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yasin menolak panggilan oleh mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. “Panggilan ini tidak dapat diterima setelah semua kehancuran yang telah disebabkan oleh Ali Abdullah Saleh. Tidak akan ada tempat bagi Saleh dalam pembicaraan politik di masa depan,” kata Yasin dalam konferensi pers di London.

Pada saat yang sama, sekitar 4.000 tentara di Arab Saudi dilaporkan meninggalkan posisi mereka di perbatasan menjelang serangan darat ke Yaman yang jika diperlukan potensial untuk segera dilancarkan. Badan-badan intelijen Barat melaporkan bahwa pasukan Saudi meninggalkan basis, hub militer dan pos-pos pemeriksaan mereka. Kabar tersebut berkaitan dengan laporan bahwa Arab Saudi berada di ambang kesepakatan dalam negosiasi yang dipimpin PBB yang telah dilakukan akhir bulan lalu, sebelum Arab Saudi memprakarsai serangkaian pemboman udara yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang di Yaman.

Syiah Houthi setuju untuk meninggalkan beberapa kota diduduki oleh milisi dengan imbalan mengadopsi struktur bagi pemerintah baru, yang termasuk pengurangan peran bagi  presiden Yaman yang didukung Barat Abed Rabbo Mansour Hadi, demikian menurut Wall Street Journal. Pembicaraan tersebut batal ketika Arab Saudi mulai meluncurkan kampanye serangan udara pada 26 Maret.

Yaman adalah eksportir kecil minyak mentah di wilayah tersebut namun negara ini  memiliki wilayah strategis yaitu selat Bab el-Mandeb, salah satu daerah sempit dalam jalur distribusi utama dunia minyak. Pedagang energi sensitif dari risiko geopolitik yang melibatkan Arab Saudi, produsen minyak mentah terbesar OPEC. (Tata Suharta – Financeroll)

Untuk berlangganan sinyal trading premium dan pemasangan iklan hubungi pin BB 53738CAB


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*