Bank Indonesia Isyaratkan Kewaspadaan Fundamental Dalam Negeri


shadow

Financeroll – Di tengah optimisme pemerintah baru mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% tahun depan, Bank Indonesia justru mengisyaratkan peningkatan kewaspadaan terkait risiko fundamental yang belum mantap dan normalisasi kebijakan moneter AS.

Sama-sama perlu mempersiapkan diri seandainya tingkat suku bunga AS membaik. Terkait dengan posisi moneter, akan mewaspadai dan akan melihat.

Sejak tahun lalu, BI dan otoritas fiskal memang menjalankan kebijakan uang ketat demi menjaga stabilitas perekonomian domestik di tengah perlambatan ekonomi global dan pengurangan stimulus moneter Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed).

Kebijakan ‘stabilitas di atas pertumbuhan’ ini tercermin melalui langkah BI menaikkan dan menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level 7,5%. Adapun Kementerian Keuangan mempersempit defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memangkas kebutuhan pembiayaan.

Alhasil importasi berkurang untuk menambal defisit neraca transaksi berjalan dan aliran hot money, baik di pasar keuangan mapun pasar modal, terjaga. Efeknya pertumbuhan ekonomi berkontraksi. Terakhir, per kuartal II/2014 tercatat melemah ke level 5,1%.

Walau tahun ini defisit diperkirakan menyempit ke level 3,1% terhadap produk domestik bruto (PDB) dari posisi 3,3% tahun sebelumnya, defisit harus terus diperbaiki. Pasalnya fundamental yang kuat adalah kunci menghadapi tekanan eksternal.

Sebelumnya, pernah diungkap bahwa BI akan mengendurkan kebijakan moneter jika defisit sudah ada di kisaran 2,5%. Padahal proyeksi BI tahun depan defisit neraca transaksi berjalan masih sekitar 2,9%.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*