Yuan menjadi harapan bagi emas

JAKARTA. Tekanan harga emas diprediksi akan berlanjut hingga tahun depan. Di tengan tekanan kenaikan suku bunga The Fed, mata uang yuan berpeluang mengangkat harga emas.

Mengutip Bloomberg, Jumat (11/12) harga emas kontrak pengiriman Februari 2016 di Commodity Exchange menguat tipis 0,16% dari sehari sebelumnya ke level US$ 1.073,7 per ons troi. Harga emas menuju penurunan di tahun ketiga atau yang terpanjang sejak tahun 2000 setelah The Fed menyiapkan rencana untuk menaikkan suku bunga pertama dalam hampir satu dekade.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan, peluang kenaikan emas cukup berat di saat sentimen pasar lebih fokus pada kemungkinan naiknya suku bunga The Fed pada pertengahan bulan ini.

Laporan klaim pengangguran AS yang meningkat 13.000 menjadi 282.000 pada bulan November atau angka tertinggi sejak Juli lalu diyakini tidak akan mempengaruhi keputusan The Fed. “Data klaim pengangguran AS belum dapat memberikan sentimen positif bagi emas walau hanya sebentar,” ujar Deddy.

Proyeksi kenaikan permintaan fisik emas di China juga gagal mengangkat harga emas. Tahun ini permintaan emas China diprediksi naik menjadi 1.066 ton dari sebelumnya 973,6 ton. Hal ini seharusnya bisa memberikan sinyal positif bagi harga emas.

Sementara, tahun depan, ada indikasi lebih lanjut bahwa permintaan emas dari China akan turun. Sebab, investor China lebih cerdas dan mulai membeli aktiva berbunga yang lebih menguntungkan. “Harga minyak yang rendah saat ini juga memukul emas karena bisa memicu deflasi,” lanjut Deddy.

Di tengah tekanan yang terus menghampiri pergerakan harga, emas bisa sedikit berharap pada mata uang yuan. IMF telah menyetujui yuan masuk ke dalam keranjang Special Drawing Rights (SDR) sebagai mata uang cadangan internasional bersama dengan dollar AS, euro, yen, dan poundsterling. IMF sepakat bahwa yuan memenuhi kriteria yang ada.

Deddy menilai, pengaruh yuan terhadap pergerakan harga emas perlu diamati, apakah mampu memberikan sentimen positif. “Saat ini pastinya yuan masih menyesuaikan dengan pasar sebelum digunakan bebas pada 1 Oktober 2016,” imbuhnya.

Saat ini sudah ada 70 bank sentral di seluruh dunia yang menyimpan yuan sebagai cadangan devisanya. Hal tersebut kemungkinan dapat membuat nilai tukar dollar AS menurun. “Jika USD benar melemah, maka harga komoditas termasuk logam akan merangkak naik,” ujar Deddy. Meski demikian, potensi pengaruh yuan pada pergerakan harga emas baru bisa dirasakan dalam jangka menengah hingga jangka panjang.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*