Yuan Jadi Mata Uang Utama Dunia, BI : Pengaruhnya Masih Lama

Jakarta -Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) berencana menetapkan mata uang China, renminbi atau yuan, menjadi mata uang internasional kelima. Bank Indonesia (BI) menilai perubahan renminbi jadi mata uang dunia masih jauh, sehingga belum banyak berpengaruh pada Indonesia.

“Ya wajar, China kan terbesar kedua ekonominya di dunia. Kalau masuk sebagai komponen mata uang dunia itu konsekuensi logis, tapi saya lihatnya sebagai satu fase yang masih lama, karena kalau renminbi masih perlu tahap-tahap yang panjang, ngaruhnya masih lama,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara ditemui di acara Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2016 di Tebet, Jakarta, Kamis (26/11/2015).

Selain itu, Mirza beralasan, kurs mata uang China tersebut harus melalui banyak penyesuaian. Salah satunya perubahan kurs rate dari fix rate menjadi floating rate. Kondisi ini membuat penetapan renminbi jadi mata uang dunia masih jauh tahapannya, sehingga BI belum perlu mengambil kebijakan moneter seperti menumpuk renminbi sebagai cadangan devisa.

“Agar bisa dipakai sebagai cadangan devisa itu harus avaiable dulu di dunia. Kursnya harus diubah dulu ke floating dari fix rate. Makanya China lagi buka pelan-pelan sesuai fundamentalnya agar seperti yen dan dolar,” ujar Mirza.

Mirza melanjutkan, Bank Indonesia menyambut baik penetapan renminbi sebagai mata uang dunia. Ini mengingat nilai perdagangan Indonesia-China cukup besar.

“China sekarang mulai aktif kasih fasilitas swap ke negara kaya Indonesia. Apalagi ke China ekpor kita ada 13% dari total ekspor, jadi perdagangan bisa dibayar dengan yuan. Tapi itu masih lama,” tutupnya.

(ang/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*