Wall Street Mulai Masuk Fase Konsolidasi

INILAHCOM, New York – Bursa saham Wall Street mencoba mengurangi kerugian pada awal pekan meskipun pada perdagangan Selasa (31/1/2017) masih berakhir di area negatif.

Saham sektor industri, teknologi dan keuangan menjadi penggerak bursa melampaui kenaikan saham sektor perawatan kesehatan dan sektor utilitas. Ketiga indeks utama masih berakhir menguatn selama bulan Januari 2016.

Tekanan jual pada awal perdagangan menandakan mulai memudarnya sentimen positif dengan kemenanan Donald Trump dalam pilpres bulan November 2016. Pada bulan Januari, indeks kepercayaan konsumen melemah dari level tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Larangan imigrasi dari Trump menjadi akhir bulan madu presiden baru.

Indeks Dow Jones turun 0,5 persen ke 19.864,09 dengan 22 saham perusahaan unggulan berakhir lebih rendah. Saham Goldman Sachs Group Inc turun 1,9 persen dan saham JPMorgan Chase & Co turun 1,6 persen. Untuk bulan Januari indeks blue chip tercatat naik 0,5 persen, seperti mengutip marketwatch.com.

Untuk indeks S&P turun 0,1 presen ke 2.278,87 dengan enam dari 11 sektor saham utama berakhir di area negatif. Saham sektor industrial, sektor teknologi dan keuangan menjadi penggerak indeks di area negatif. Sementara saham sektor real estate dan saham sektor utilitas saham dianggap defensif. Untuk bulan Januari indeks S&P naik 1,8 persen di bulan Januari.

Saham sektor kesehatan yang turun di awal perdagangan mulai bangkit setelah Trump menyerukan lagi aturan scaling dan penurunan pajak. Tetapi memerintahkan untuk mengkaji ulang harga barang.

Sementara indeks Nasdaq lebih tinggi 0,02% ke 5.614 dan mencatat kenaikan 4,3 persen di bulan Januari 2017. Kenaikan ini merupakan terbesar sejak Juli 2016 lalu. Indeks berhasil menguat setelah kenaikan tajam saham sektor biotek. Indeks sShares Nasdaq Bioteknology telah reli 2,8 persen.

Menurut kepala ekonom pasar di First Standar Financial, Peter Cardillo menilai indeks cenderung konsolidasi dalam kisaran perdagangan defensif tanpa banyak direction sebagai babak baru dimulainya rotasi.

Ketiga indeks utama di Wall Street pada akhir perdagangan Senin (30/1/2017) mengalami kergian terbesar sejak awal tahun ini Investor bersikap terhadap keputusan Trump yang meralang imigran dari tujuh negara mayoritas muslim.

Langkah ini menambah deretan kontroversi yang terjadi pada pekan pertama pemerintahan Trump. Kebijakan baru Trump memicu kekhawatiran beberapa bulan mendatang bisa bergerak volatile untuk pasar.

Kontroversi larangan imigran membawa korban. Gedung Putih memecat Plt Jaksa Agung, Sally Yates setelah dia mengintruksikan Departemen Kehakiman untuk tidak mendukung perintah Trump di pengadilan.

Bruce Bittles, kepala investasi di R.W. Baird & Co, mengatakan kelemahan di saham selama beberapa hari terakhir tidak lebih dari konsolidasi.

“Pasar telah menguat tajam usai pemilu dan telah overbought. Aksi jual baru-baru ini didorong oleh  peristiwa makro dengan langkah Fed di jalan pengetatan dan dijadwalkan untuk menaikkan suku tiga kalinya tahun ini,” kata Bittles.

Bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ketat. Analisis menunjukkan pembuat kebijakan telah tumbuh lebih dovish untuk pertemuan pekan ini. Menurut analisis The Fed berpotensi akan menjaga tingkat suku bunga saat ini sampai Juni.

Dari berita ekonomi, biaya perusahaan untuk mempekerjakan pekerja naik dengan lebih lambat pada kuartal keempat 2016 dari periode sebelumnya. Indeks biaya tenaga kerja naik 0,5% pada kuartal keempat.

Sedangkan kenaikan harga rumah nasional mempertahankan momentum di bulan November, dua bulan setelah merebut kembali kenaikan ke puncak menandakan potensi gelembung perumahan.

Data kepercayaan konsumen untuk bulan Januari tergelincir dari level tertinggi 15-tahun. The Conference Board mengatakan kepercayaan konsumen Selasa jatuh ke 111,8 pada bulan Januari setelah mencapai 15 tahun tinggi 113,3 pada bulan Desember 2016.

 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*