Ukraina Pacu Capital Inflow di Indonesia

Ukraina Pacu Capital Inflow di Indonesia

INILAHCOM, Jakarta – Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (4/3/2014) ditutup stagnan di 11.585/11.600 dari posisi kemarin 11.584/11.594.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, stagnannya penutupan rupiah Selasa ini dipicu oleh pasar yang masih menunggu hasil rapat tahunan dari pemerintah China. China nantinya akan merilis target pertumbuhan ekonomi untuk 2014.

Jika angkanya di atas 7,5%, menurut Christian, akan lebih positif untuk mendongkrak kinerja permintaan ekspor dari Indonesia ke China sehingga menjadi sentimen positif bagi rupiah. “Sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 11.580 dengan level terlemah 11.665 dari posisi pembukaan 11.610 per dolar AS,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Selsa (4/3/2014).

Meski stagnan, kata dia, rupiah cukup berada di level yang kuat di bawah 11.600 per dolar AS. “Ini menunjukkan bahwa hingga saat ini, pengaruh dari Ukraina yang seakan masih berkepanjangan, krisisnya masih terlokalisasi di wilayah Crimea,” ujarnya.

Tindakan internasional khususnya AS dan Eropa, menurut Christian, kemungkinan akan memberikan sanksi-sanksi ekonomi bagi Rusia. “Ini menyebabkan adanya peralihan arus modal dari negara emerging di Eropa menuju negara emerging lain yang lebih menarik seperti Indonesia,” ungkap dia.

Akibatnya, lanjut dia, mata uang rupiah cukup terdongkrak. “Sejauh ini, ekspektasi pasar perang Ukraina-Rusia kemungkinan tidak pecah. Sebab, pasar berharap adanya solusi diplomatis yang mungkin masih diupayakan oleh negara Barat,” ucapnya.

Melihat skenarionya, jika memang terpicu perang akan sangat merugikan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin jelang pemilu presiden Rusia dan akan berdampak buruk juga bagi perekonomian Rusia.

Sementara itu, bagi Ukraina sendiri mungkin akan menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan bailout dari International Monetary Fund (IMF). “Sebab, IMF kemungkinan akan enggan untuk menggelontorkan bailout di negara konflik,” timpal dia.

Rupiah juga masih terpengaruh oleh data China yang positif di mana indeks manufakturing untuk data final dirilis sesuai perkiraan di level 48,5. “Akan tetapi, terdapat pertumbuhan pada sektor jasa PMI China yang naik ke 55 dari publikasi sebelumnya 53,4,” imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah ke 79,98 dari sebelumnya 80,06 per euro.

“Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,3761 dari sebelumnya US$1,3733 per euro,” imbuh Christian. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*