Tren harga minyak masih akan bearish

JAKARTA. Harga minyak bergerak flat setelah tekanan dari USD sedikit mereda. Meski demikian dugaan analis arah pergerakan harga minyak masih akan bearish karena bayang-bayang oversupply.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/11) pukul 14.45 WIB harga minyak kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa New York Mercantile Exchange merangkak naik 0,19% ke level US$ 46,23 per barel dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah melambung 7,01% dalam sepekan terakhir.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan harga minyak memang cenderung bergerak datar di awal pekan. Penentu arah pergerakan minggu ini bergantung pada data cadangan minyak Amerika Serikat yang akan dirilis Rabu (4/11) mendatang.

“Peluang rebound ini terdorong oleh tidak memuaskannya data manufaktur AS jadi USD koreksi,” papar Agus. Memang data ISM Manufacturing AS Oktober 2015 tergelincir menjadi 50,1 dari sebelumnya 50,2. Efeknya, index USD terkoreksi 0,10% ke level 96,82 per Selasa (3/11) pukul 15.00 WIB.

Fokus utama saat ini adalah menanti apakah pertumbuhan stok minyak AS mingguan akan berkurang seperti dugaan. Pada minggu lalu, stok minyak AS hanya bertambah 3,4 juta barel atau lebih rendah dari minggu sebelumnya yang bertambah sebanyak 8 juta barel.

Rabu (3/11) cadangan minyak AS menurut laporan Energy Information Administration (EIA) diprediksi hanya akan bertambah 2,5 juta barel atau lebih rendah dari pertambahan minggu lalu. “Namun efeknya hanya akan sementara mendukung penguatan,” duga Agus.

Pasalnya, ini sudah memasuki minggu ke-enam stok minyak di AS terus bertambah. Sebabnya, selama stok minyak AS masih terus bertambah itu artinya pasokan di pasar tetap banjir. Secara rata-rata lima tahun, stok minyak AS pun masih berada di atas level 100 juta barel per hari.

“Rekor ini menahan laju peluang penguatan harga minyak,” tambah Agus. Tidak heran tren harga minyak diperkirakan masih akan bearish.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*