Timah tertolong isu pasokan yang minim

JAKARTA. Harga timah juga mendapat gempuran dari optimisme pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed. Kendati begitu, penurunan harga timah sedikit tertahan karena suplai tengah berkurang.

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/11), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,06% ke US$ 14.640 per metrik ton dibandingkan akhir pekan lalu. Sepekan kemarin, harga tergerus 2,36%.

Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menjelaskan, tekanan harga sudah terasa sejak data produksi industri Jerman merosot.

Data Jumat (6/11) menunjukkan aktivitas industri di Jerman turun ke level minus 1,1% di September 2015, dibandingkan bulan sebelumnya minus 0,6%. “Memberi sinyal bahwa penggunaan logam industri di Eropa belum akan membaik dalam waktu dekat,” kata Andri.

Tekanan belum reda, harga digempur sentimen negatif dari Amerika Serikat (AS). Upah tenaga kerja Oktober 2015 naik signifikan 0,4% dari sebelumnya 0%.

Lalu non farm payroll AS tumbuh dari 137.000 menjadi 271.000. Tingkat pengangguran AS Oktober 2015 mengempis menjadi 5,0% dari sebelumnya 5,1%. Data-data tersebut seolah mengembalikan harapan pasar atas kenaikan suku bunga The Fed akhir tahun ini.

Survey Fed-Fund menunjukkan optimisme kenaikan bunga The Fed di Desember 2015 melesat dari 50% di Jumat (6/11) menjadi 70% setelah data ekonomi itu dirilis. Namun tekanan takkan lama. “Pada akhirnya harga kembali ke fundamental supply dan demand, untuk hal ini timah positif,” jelasnya.

Pada Jumat (6/11) stok timah di LME sebesar 5.010 ton atau di level normal. Dari jumlah itu, 540 ton di antaranya sudah siap diserahterimakan. Artinya, tidak terjadi penumpukan pasokan. “Penjaga suplai di level aman ini adalah ketatnya aturan ekspor timah dari Indonesia,” ujar Andri.

Hingga saat ini baru ada tiga eksportir timah yang memenuhi syarat ekspor timah di Indonesia. Wajar jika harga timah cukup terjaga dibanding logam industri lainnya. Namun, tekanan penurunan harga juga berasal dari impor China yang kembali merosot.

Neraca perdagangan Tiongkok di Oktober 2015 mencatat kenaikan surplus dari CNY 376 miliar menjadi CNY 393 miliar. Impor Oktober 2015 turun 16%, sedangkan ekspor turun 3,6%. Secara teknikal, harga bergerak di bawah moving average (MA) 50 dan 100 namun di atas MA 200. Garis MACD juga bergerak netral.

Begitu pun RSI level 50 netral. Hanya stochastic berada di atas level 0 mendukung penguatan. Andri meramal, harga timah Senin (9/11) bergulir terbatas di US$ 14.550-US$ 14.750. Serta sepekan di US$ 14.500- US$ 14.850 per metrik ton.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*