Tahun ini, rupiah diprediksi di bawah Rp 14.000

JAKARTA. Nilai tukar rupiah mulai menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dalam tiga hari terakhir.

Rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada perdagangan Rabu (7/10) menguat ke level Rp 14.065 per dollar AS setelah penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (5/10) berada dikisaran Rp 14.604 per dollar AS.

Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BII) Myrdal Gunarto mengatakan penguatan rupiah dipicu oleh faktor global terkait rilis beberapa data ekonomi AS yang berada di bawah ekspektasi serta belum pulihnya perkembangan ekonomi global.

Sekedar informasi, data situasi ketenagakerjaan AS yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan tingkat pengangguran AS di bulan September stagnan di level 5,1%. Adapun penambahan tenaga kerja hanya sebesar 142.000 atau lebih rendah dari ekspektasi yang berada di kisaran 180.000-235.000.

Kondisi tersebut menimbulkan persepsi pelaku pasar bahwa bank sentral AS, the Fed belum akan menaikkan suku bunga acuannya tahun ini. Akibatnya, terjadi peralihan dana dari negara maju ke emerging market termasuk Indonesia.

“Seluruh mata uang Asia mengalami penguatan. Nilai tukar rupiah dan ringgit yang selama ini menjadi sorotan pasar karena anjlok juga menguat,” tutur Myrdal.

Faktor lain, sedikitnya permintaan atau demand dollar AS pada awal bulan mengakibatan BI bisa dengan mudah berpartisipasi di pasar. Sehingga, niai tukar rupiah juga ikut terkerek.

Berbagai kebijakan pemerintah dan BI dengan merilis paket kebijakan ekonomi dari I hingga III juga membawa sentimen positif di pasar keuangan. “Sehingga dana asing banyak kembali ke Indonesia dan rupiah menguat,” tutur dia.

Myrdal memiliki dua prediksi laju rupiah hingga akhir tahun. Yakni, rupiah diperkirakan akan berkisar Rp 14.400 per dollar AS apabila the Fed menaikkan suku bunganya tahun ini sebesar 50 basis poin.

Namun, rupiah diprediksi akan di bawah Rp 14.000 apabila suku bunga the Fed tidak naik tahun ini. Menguatnya laju rupiah juga akan ditopang oleh banyaknya dana asing yang kembali ke pasar keuangan Indonesia. Selain itu, berjalannya proyek infrastruktur pemerintah di atas 50% akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. “Serta memberikan otot bagi rupiah untuk menguat,” kata Myrdal.

Myrdal memperkirakan laju rupiah tahun depan bisa berkisar Rp 13.700 per dollar AS. Asumsi tersebut mempertimbangkan apabila rupiah di bawah level Rp 14.000 tahun ini.

Menurut dia, tahun depan pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh berakhirnya ketidakpastian kenaikan suku bunga the Fed. Sebab, suku bunga the Fed akan naik tahun depan.

“Membaiknya ekonomi, berjalannya anggaran infrastruktur serta menguatnya perekonomian global juga akan mendorong penguatan rupiah,” ujar Myrdal.

Editor: Barratut Taqiyyah.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*