Tahun Ini Banyak Kontraktor Migas Nganggur

Jakarta -Merosotnya harga minyak tahun ini sekitar US$ 50 per barel, membuat banyak perusahaan minyak dan gas bumi (migas) memangkas belanja modal (capital expenditure/capex) dan belanja operasi (operating expenditure). Akibatnya banyak pekerja kontraktor atau perusahaan jasa pendukung proyek migas menganggur saat ini.

“Angka pastinya belum ada, tapi perkiraan kami banyak yang menganggur atau di rumahkan, karena banyak KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yang memangkas dana capex dan opex-nya,” kata Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudianto Rimbono, kepada detikFinance, Kamis (1/10/2015).

Dia mengungkapkan, pemangkasan capex dan opex tersebut bisa dilihat dari revisi rencana kerja dan anggaran (work, program, and budgeting/WP&B) tahun buku 2015, di mana banyak KKKS menunda proyek investasinya seperti eksplorasi migas atau pencarian atau penemuan cadangan minyak dan gas baru.

Dalam revisi WP&B 2015, selain memangkas proyek eksplorasi, KKKS juga menurunkan produksinya. Total produksi minyak turun tahun ini sebanyak 22.000 barel per hari, dari awalnya ditargetkan 850.000 barel per hari menjadi hanya 825.000 barel per hari.

“Bahkan di awal tahun lalu KKKS hampir menyetop seluruhnya proyek eksplorasinya, namun kami dari SKK Migas meminta itu ditinjau lagi, KKKS diminta bicara ke kontraktor jasa penunjangnya, cari jalan keluar, apakah menurunkan biaya sewa jasa atau lainnya. Makanya masih ada beberap proyek yang bisa dikerjakan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Apexindo Pratama Duta, Zainal Abidiansyah Siregar mengungkapkan, kontraktor jasa penunjang banyak yang mengeluhkan sepinya tender proyek migas.

“Saat ini tender dari perusahaan migas itu nggak ada sama sekali, ini karena banyak perusahaan pangkas capex (capital expenditure) habis-habisan. Dampaknya ke kami, pelaku usaha pendukung,” ungkap Zainal.

Di luar negeri sendiri, saat ini banyak perusahaan kontraktor migas yang memangkas ribuan pekerjanya.

Seperti dilansir dari CNN, data terbaru menyebutkan beberapa perusahaan kontraktor migas di luar negeri melakukan PHK besar-besaran, seperti:

Schlumberger

Kontraktor minyak dan gas (Migas) dunia ini terhantam anjloknya harga minyak dunia.

Sejauh ini, Schlumberger tercatat telah memangkas 20.000 karyawan karena kegiatan pengeboran migas menurun.

Perusahaan ini mengumumkan 2 putaran PHK dalam 4 bulan, di tengah terus turunnya harga minyak dunia.

Sekarang jumlah pegawai Schlumberger 15% lebih sedikit dari jumlah di pertengahan 2014, saat harga minyak dunia masih di atas US$ 100 per barel.

Baker Hughes

Sama seperti Schlumberger, Baker Hughes juga merupakan kontraktor jasa pengeboran minyak dan gas (Migas).

Sepanjang tahun ini, perusahaan tersebut tercatat telah memangkas 13.000 kkaryawan dalam 3 putaran terpisah.

Baker Hughes melakukan efisiensi biaya di tengah anjloknya harga minyak. Perusahaan ini sedang menunggu persetujuan dari regulator untuk merger dengan rivalnya, yaitu Halliburton. Nilai merger mencapai US$ 35 miliar.

Selama harga minyak dunia jatuh sejak pertengahan 2014 lalu, perusahaan di AS telah mengumumkan pemangkasan 86.000 karyawan.

Halliburton

Satu lagi perusahaan kontraktor jasa pengeboran migas yang memangkas banyak karyawannya. Sepanjang tahun ini, Halliburton telah memangkas 12.000 karyawan.

Pemangkasan ini seiring dengan berkurangnya jumlah rig minyak yang beroperasi di AS. Diprediksi jumlah rig yang beroperasi di AS turun 60% dari puncaknya sebanyak 1.600 rig.

(rrd/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*