Soal Yuan Geser Dolar AS, Wamendag: Masih Lama

Jakarta -Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai terlalu dini berbicara mata uang Tiongkok, yuan, untuk menjadi mata uang utama dunia menyalip dolar Amerika Serikat (AS). Butuh waktu cukup lama agar mata uang Negeri Tirai Bambu untuk menjadi mata uang yang diterima oleh pelaku ekonomi di seluruh dunia.

“Untuk yuan menggantikan dolar AS, saya kira terlalu awal untuk membahas itu. Masih lama,” ujar Bayu di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (18/7/2014).

Menurut Bayu, Indonesia juga sudah menggunakan yuan kala berdagang dengan Tiongkok. Namun jumlahnya hanya berdasarkan kebutuhan, tidak terlalu banyak. “Yuan dipakai tergantung kebutuhannya saja,” tuturnya.

Sebelumnya, pendapat senada dikemukakan Menko Perekonomian Chairul Tanjung. CT, sapaan Chairul Tanjung, menyebutkan bahwa butuh waktu 10-20 tahun bagi yuan agar bisa diterima sebagai mata uang internasional.

“Memang melalui proses. Itu lama, dalam 10-20 tahun ke depan. Prosesnya pelan-pelan, akan menjadi besar,” tuturnya.

Meski demikian, CT menilai yuan punya potensi untuk menjadi mata uang utama dunia. Potensi ini lahir dari besarnya ekonomi Tiongkok sendiri. Bahkan Tiongkok berhasil menyalip Jepang untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia, hanya kalah dari AS.

“Kita sekarang tahu, bahwa Tiongkok negara kedua terbesar di ekonomi. Secara penduduk, Tiongkok nomor satu,” kata CT.

(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*