Setelah Tembus Rekor, IHSG Tak Berdaya

INILAHCOM, Jakarta Setelah tembus rekor 5.325 akhir pekan lalu, IHSG berkubang di zona merah dalam sepekan terakhir. Tiga faktor menjadi pemicunya: harga komoditas, kisruh KPK-Polri, dan The Fed.

Pada perdagangan sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 34,48 poin (0,64%) ke posisi 5.289,4 pada pekan yang berakhir 30 Januari 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 5.323,88 pada 23 Januari 2015.

“Tidak jauh berbeda dengan skenario kami sebelumnya untuk pergerakan IHSG di awal pekan di mana laju IHSG memilih untuk berakhir di zona merah pada awal minggu ini. Tembusnya level IHSG pada new high level (5.325,04) membuat pelaku pasar (umumnya) berhasrat untuk melakukan aksi jual,” kata Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (1/2/2015).

Selain itu, lanjut dia, respons berlebihan terhadap kasus KPK dan Polri turut berimbas pada pelaku pasar. “Padahal, kami berharap sentimen kasus tersebut sebaiknya tidak bercampur dengan pergerakan pasar sehingga tidak terlalu signifikan pengaruhnya dari kasus tersebut terhadap pasar keuangan,” papar dia.

Di sisi lain, tidak disangka, adanya pemberitaan negatif dari masih turunnya harga komoditas, pemberlakuan pajak barang mewah untuk rumah di atas Rp2 miliar, dan sentimen negatifnya lainnya justru tidak terlalu membuat saham-saham properti turun malah pelemahan didominasi oleh saham-saham konsumsi dan infrastruktur. “Berbalik melemahnya rupiah turut menjadi penghalang kenaikan IHSG,” tandas dia.

Meski sempat diwarnai aksi profit taking, laju IHSG mampu berakhir di zona hijau. “Mulai adanya aksi beli dan didukung masih adanya aksi beli investor asing membuat laju IHSG dapat berbalik positif serta mampu melampaui kekhawatiran akan terjadinya pelemahan,” tuturnya.

Berbalik naiknya rupiah yang disertai dengan menguatnya sejumlah harga komoditas dan imbas masih positifnya laju bursa saham AS dan Eropa menjadi tambahan sentimen bagi IHSG untuk kembali menghijau. “Pergerakan bursa saham Asia yang variatif setelah terimbas melemahnya laju bursa saham AS yang dibarengi kembali melemahnya laju nilai tukar Rupiah dan asing yang berbalik jualan mempengaruhi laju IHSG yang kembali ke zona merah,” papar dia.

Apalagi juga dibarengi dengan adanya pertemuan The Fed di mana secara psikologi memberikan sentimen negatif pada pasar sehingga penguatan IHSG belum sepenuhnya kuat. “Terlihat pasca tuntasnya pertemuan The Fed tidak banyak memberikan imbas positif pada bursa saham AS sendiri sehingga direspon negatif oleh pelaku pasar di Asia, termasuk Indonesia,” ucapnya.

Bahkan juga tidak berpengaruh pada nilai tukar dolar AS di mana dolar AS masih ramai ditransaksikan sehingga berimbas pada melemahnya laju rupiah. “Laju IHSG mampu melampaui kekhawatiran estimasi kami yang masih akan bergerak melemah dengan adanya aksi jual,” kata dia.

Di akhir pekan, meski laju IHSG diadang dengan variatif cenderung melemahnya bursa saham Asia dan Eropa serta masih melemahnya laju rupiah, laju IHSG masih mampu berakhir di zona hijau dengan memanfaatkan penguatan pada laju bursa saham AS.

“Aksi beli pada saham-saham perdagangan ritel, otomotif, dan perkebunan yang didukung pemberitaan akan adanya kenaikan produksi, turut menopang kenaikan IHSG di akhir pekan,” imbuh Reza. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*