Sesi Pertama, Rupiah Masih Bertengger di Atas 14 Ribu

Senin, 24 Agustus 2015 | 12:35 WIB

Ilustrasi bursa efek dan kurs Rupiah. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta -Kurs rupiah resmi berada di atas level 14 ribu pada perdagangan siang ini, setelah laju mata uang dolar cenderung kembali menguat di pasar uang regional. Menurut Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, penguatan dolar yang disinyalir mencerminkan kecemasan investor atas terjadinya perlambatan ekonomi dunia, merefleksikan tingginya permintaan mata uang greenback sebagai aset berlindung nilai paling aman (Safe haven). “Imbas penguatan dolar di pasar Asia, rupiah terus berada dalam tekanan,” kata dia kepada Tempo, Senin 24 Agustus 2015.

Rangga pun menjelaskan kekhawatiran mengenai prospek perekonomian global membangun spekulasi penundaan penaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed’s rate). Ketidakpastian tersebut akhirnya membuat trader kembali melakukan antisipasi dengan menambah kepemilikan aset-aset bernilai dolar.

Tak ayal, pada pukul 12.00 WIB, rupiah pun terkoreksi 76,2 poin (0,55 persen) ke level 14.017,5 per dolar. Laju negatif mata uang garuda tersebut beriring jalan dengan won yang turun 0,19 persen menjadi 1.197,14 per dolar, dan ringgit yang kembali jatuh 1,43 persen ke level 4,2280 per dolar.

Pagi tadi, batas psikologis nilai tukar rupiah 14.000 per dolar Amerika Serikat akhirnya bobol juga. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah sebesar 122 poin menjadi Rp 14.038 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.916 per dolar AS.

Meskipun melanjutkan koreksi, Rangga mensinyalir intervensi bank Indonesia cukup menjaga laju rupiah hari ini. Sebab, kurs rupiah yang sempat bertahan cukup lama di bawah level 14 ribu per dolar, memberi pertanda bahwa bank sentral masuk mencegah koreksi mata uang garuda agar tidak terlalu tajam. “Sempat bertahannya rupiah memberi sinyal kebijakan stabilisasi kurs rupiah cukup direspon,” kata Rangga.

PDAT | Megel Jekson


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*