Senin Siang, Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.443/USD

shadow

Financeroll – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin (22/2) pagi hingga siang bergerak menguat sebesar 65 poin menjadi Rp 13.443 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.508 per dolar AS.  Sentimen positif mengenai pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) menjadi salah satu faktor yang menopang laju mata uang rupiah terhadap dolar AS.

Kurs rupiah berpeluang tetap stabil dengan kecenderungan menguat terbatas di tengah masih positifnya sentimen perekonomian domestik.  Meski  demikian, penguatan nilai tukar rupiah masih ckup rentang terkoreksi, secara umum mata uang dolar AS masih akan mendapatkan momentum penguatan di kawasan Asia seiring dengan pelemahan harga minyak mentah serta naiknya inflasi Amerika Serikat. Inflasi Januari Amerika Serikat diumumkan naik secara tahunan, naik ke level 1,4% dari 0,7%.

Walaupun inflasi Amerika Serikat itu tidak serta merta meningkatkan peluang kenaikan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat, namun kenaikan inflasi tetap mempengaruhi investor apalagi jika perekonomian global dan harga minyak pulih. Perekonomian global dan harga minyak yang pulih akan mendorong kenaikan suku bunga acuan AS tidak akan terhindarkan.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan, nilai tukar rupiah masih bertahan di area positif terhadap dolar AS. Potensi rupiah untuk melanjutkan penguatan masih terbuka mengingat prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali terbuka setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuannya.  Pemangkasan BI rate menimbulkan harapan aktivitas ekonomi di sektor konsumsi dapat meningkat.

Para pelaku pasar khawatir harga minyak jatuh lagi. Selain itu, sentimen yang berasal dari kelanjutan kebijakan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) akan mewarnai perdagangan saham pekan ini.   Meskipun pekan lalu Bank Indonesia (BI) menurunkan BI rate, banyak investor yang menunggu kepastian OJK terkait insentif bagi bank yang menurunkan NIM.

Bank Indonesia (BI) mencatatkan, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia meningkat 2,8% pada kuartal IV-2015 menjadi US$ 310,7 miliar dari posisi kuartal sebelumnya USD 302,3 miliar. Bahkan bila dibandingkan dengan periode yang sama 2014, ULN meningkat USD 17 miliar (5,8%) dari USD 293,8 miliar.  ULN pada kuartal IV-2015 masih cukup sehat, namun perlu diwaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional.

Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh ULN sektor publik yang meningkat, sementara swasta menurun. Seperti yang diketahui, pada akhir 2015 pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi dolar Amerika Serikat (USD) senilai US$ 3,5 miliar untuk kebutuhan prefunding. Rasio ULN terhadap produk domestic bruto (PDB) pada kuartal IV-2015 tercatat sebesar 36,1% lebih tinggi dibandingkan dengan 34,8% pada akhir kuartal III-2015 dan 33% pada akhir 2014.  Secara rinci, posisi ULN ini memang dikuasai oleh sektor swasta sebesar US$ 167,7 miliar, sementara pemerintah mencapai USD 143 miliar. Pada sektor swasta, posisi ULN kuartal akhir 2015 terkonsentrasi di sector keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Kendati demikian, ULN sector swasta justru menurun 0,2% dari sebelumnya USD  168,1 miliar. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*