Seabrek Sentimen Negatif, Rupiah Menanjak

Seabrek Sentimen Negatif, Rupiah Menanjak

INILAH.COM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,23%. Padahal, di pasar terdapat seabrek sentimen negatif. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir, rupiah menguat 29 poin (0,23%) ke posisi 12.197 per dolar AS pada 10 Januari 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di level 12.226 pada 3 Januari.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah kembali menghijau sepanjang pekan kemarin. “Di awal pekan, laju rupiah kembali tertekan setelah pelaku pasar lebih memilih mata uang yuan China merespons perlambatan kegiatan manufaktur di China yang dinilai akan meningkatkan permintaan akan aset-aset yang lebih aman,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan ini.

Adanya berita Bank of Englang (BoE) yang akan melakukan spending cuts anggaran yang berimbas pada pelemahan poundsterling dan terdepresiasinya euro setelah terkena aksi profit taking pascareli sebelumnya, turut berpengaruh pada tertahannya kenaikan rupiah.

Selain itu, nilai tukar yen Jepang menguat seiring penilaian akan meningkatnya ekonomi Jepang dengan stimulus Bank of Japan (BoJ). “Pelaku pasar sempat merespons melemahnya rilis data-data manufaktur AS namun, rilis factory orders AS menunjukkan kenaikan sehingga sentimen ke dolar AS cukup variatif,” ujarnya.

Pelemahan rupiah juga terimbas sentimen dari akan dilakukannya tappering off stimulus The Fed di bulan ini dan rencana penerbitan obligasi dolar AS pemerintah senilai US$815 juta untuk tenor 10 tahun dengan kupon 6,2% dan 30 tahun dengan kupon 7,1% yang dinilai akan memberatkan pembayaran bunga nantinya.

“Rupiah sempat terapresiasi setelah merespons positifnya data-data Jerman yang membuat laju euro positif dan jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di mana banyak pelaku pasar memberikan indikasi BI tidak akan menaikkan level BI rate terkait dengan positifnya data-data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya,” papar dia.

Akan tetapi, penguatan rupiah terbatas karena laju dolar AS dapat lebih tinggi dari yen Jepang terkait dengan sentimen akan dirilisnya hasil pertemuan pada Desember lalu.

Rilis komentar Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi, yang tetap mempertahankan kebijakan suku bunga rendahnya membuat laju euro kembali melemah dan berimbas negatif pada laju rupiah terhadap dolar AS. “Tetapi, di akhir pekan laju rupiah terapresiasi dengan sentimen positif penguatan sejumlah mata uang regional,” imbuhya. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*