Saham Agri dan Manufaktur Selamatkan IHSG

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, IHSG mampu bertahan di zona positif setelah mendapat ujian dari berbagai aksi ambil untung. Saham-saham sektor perkebunan dan manufaktur jadi penyelamat.

Pada perdagangan sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 38,106 poin (0,73%) ke posisi 5.187,994 dibandingkan akhir pekan sebelumnya 5.149,888. Sepanjang pekan, indeks mencapai level tertingginya 5.206,22 pada 5 Desember 2014 dan terlemahnya 5.126,98.

Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengatakan, laju IHSG di awal pekan sempat mengalami pelemahan. “Terutama, setelah dirilis inflasi yang di atas perkiraan kami,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, akhir pekan ini.

Rilis inflasi sebesar 1,50% secara bulanan hanya beda tipis dari perkiraan di kisaran 1,30% – 1,49%. Akan tetapi, inflasi lebih rendah dari 7,73% – 8,05% secara tahunan sehingga membuat efek negatif dari kenaikan inflasi tersebut tereduksi.

Apalagi, kata dia, tampaknya pelaku pasar telah mengantisipasi, dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi memberikan imbas pada kenaikan harga sejumlah barang sehingga berpengaruh pada lonjakan inflasi.

“Bahkan efek negatif tersebut makin tereduksi dengan tercatatnya surplus neraca perdagangan bulan Oktober senilai US$23,2 juta sesuai harapan kami di mana agar neraca perdagangan Oktober dapat lebih baik dari sebelumnya. Kami juga berharap dapat dirilis di bawah estimasi kami yang diekspektasikan masih defisit dengan nilai sebesar US$-123 juta hingga US$-204 juta,” papar dia.

Masih berlanjutnya nett buy dari investor asing meski tipis turut menopang penguatan IHSG meskipun dari sisi rupiah masih melanjutkan depresiasi. “Laju IHSG masih mampu bertahan di zona hijau meskipun sempat pesimistis akan adanya pelemahan terutama setelah laju bursa saham AS dan Eropa berakhir di zona merah pada perdagangan sebelumnya,” tuturnya.

Sentimen positif juga datang dari laju bursa saham Asia yang bergerak positif seiring ekspektasi akan adanya pelonggaran moneter. Di sisi lain, penilaian akan diuntungkannya beberapa saham dengan pelemahan harga minyak mentah turut membuat saham-saham tersebut bergerak positif dan berimbas pada laju IHSG.

Masih berlanjutnya nett buy investor asing dan mulai tertahannya pelemahan dolar AS mampu menambah sentiment positif. “Laju IHSG sempat terhambat dengan adanya hawa profit taking yang membuat pergerakan menjadi variatif,” tuturnya.

Maraknya aksi profit taking yang melanda hampir sebagian besar saham-saham big caps, dapat diimbangi oleh masih menguatnya saham-saham pada infrastruktur dan beberapa perkebunan. “Mulai berbalik nett sell investor asing dan kembali melemahnya rupiah membuat IHSG tertahan di zona merah,” ungkap dia.

Kenaikan yang sempat terjadi tidak mampu bertahan lama di mana setelah menyentuh level tertingginya 5.198,97, laju IHSG mulai lelah hingga terperosok melemah. “Di lain kesempatan, saham-saham agri, pertambangan, dan aneka industri dapat mampu menopang laju kenaikan IHSG,” ucapnya.

Di akhir pekan, mulai melemahnya laju bursa saham AS dan Eropa sempat mempengaruhi laju IHSG. Di akhir pekan, turunnya cadangan devisa per November 2014 (US$ 111,14 miliar vs US$111,97 miliar) juga memberikan sentimen negatif.

Akan tetapi, pelemahan yang terjadi masih dapat ditahan dengan laju bursa saham Asia yang masih menghijau dan laju rupiah yang akhirnya mampu terapresiasi.

“Di sisi lain, pasca-IHSG kembali menyentuh level 5.200-an lebih, kembali tidak kuat dan kembali menurun. Beruntung masih berlanjutnya penguatan saham-saham agri dan manufaktur mampu mempertahankan laju IHSG di zona hijau,” imbuhnnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*