Rupiah Rawan ke Level 12.000

TEMPO.CO, Jakarta – Sentimen negatif yang datang bertubi-tubi membuat rupiah berisiko kembali terjun ke level 12.000 per dolar. Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan rupiah mulai bergerak di zona rawan setelah kemarin terdepresiasi 90 poin ke level 11.766 per dolar Amerika. “Selain karena efek pelemahan mata uang regional, rupiah tertekan defisit perdagangan yang besar pada bulan April.”

Rilis neraca perdagangan bulan April tercatat defisit US$ 1,9 miliar, jauh di atas perkiraan sejumlah analis yang memperkirakan surplus US$ 187 juta. Kemungkinan defisit neraca perdagangan masih terjadi hingga Juni terkait dengan potensi kenaikan impor untuk mengantisipasi kebutuhan konsumsi pada bulan puasa hingga Lebaran.

Pada perdagangan hari ini, tekanan terhadap rupiah berlanjut. Hingga pukul 11.30 WIB, nilai tukar rupiah sudah bertengger pada kisaran 11.830 per dolar Amerika. “Untuk hari ini, posisi rupiah semakin rawan di antara level 11.800 hingga 12.000 per dolar,” ujar Lana.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, mengatakan pelaku pasar sangat terkejut dengan rilis defisit perdagangan yang semakin melebar. “Defisit menunjukkan fundamental ekonomi yang memburuk sehingga otomatis menekan nilai tukar.” (Baca pula: Defisit Neraca Perdagangan Ganggu Rupiah).

Menurut Albertus, defisit yang terjadi lebih besar dari akumulasi surplus dua bulan sebelumnya. Bulan Februari, neraca perdagangan surplus US$ 843,4 juta dan surplus lagi pada Maret 2014 sebesar US$ 673,2 juta.

Belum adanya kelonggaran dari pemerintah terkait dengan larangan ekspor menjadi salah satu faktor yang menekan ekspor. “Dengan ekspor mengandalkan komoditas, larangan ekspor mineral mentah akan mengurangi ekspor secara signifikan,” katanya.

PDAT | M. AZHAR

Berita Lain:
Defisit Neraca Perdagangan Ganggu Rupiah
Tiket Mudik Sepeda Motor H-3 Sudah Ludes
Defisit Non-Migas per April Tertinggi Sejak 2012
BPS: Kereta Api Semakin Digemari Masyarakat


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*