Rupiah Menguat, Darmin: Belum ke Titik Fundamental

Kamis, 15 Oktober 2015 | 10:50 WIB

Darmin Nasution. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan meski menguat, nilai rupiah belum pada titik fundamentalnya. “Ini kan sudah kebablasan beberapa bulan ini, namun trennya sedang menuju balik.”

Saat disinggung berapa nilai titik rupiah sebenarnya, Darmin enggan menjelaskan. “Saya sih tahu, cuma tanya BI saja,” ucapnya di kantornya, Kamis, 15 Oktober 2015.

Menurut Darmin, laju penguatan rupiah tidak lepas dari persiapan Indonesia memperbaiki ekonomi. “Di situasi ini kan arahnya karena dolar yang melemah,” kata dia.

Darmin mengatakan pelemahan dolar AS membuat banyak mata uang negara lain ikut menguat. Yang mampu menguat lebih besar ialah negara yang sudah bersiap diri. “Kalau tidak ada persiapan, bisa menguat tapi tidak banyak,” ucapnya.

Menurut analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo, rupiah dalam jangka pendek masih akan mengalami penguatan. “Untuk menguji level Rp 13.400 hingga Rp 13.200 per dolar AS mendatang,” kata Lucky kepada Tempo.

Lucky mengatakan pelaku pasar akan menunggu hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan digelar hari ini.  Pasar berharap ada kebijakan penurunan suku bunga dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen.

Rupiah beberapa waktu terakhir memang menunjukkan penguatan yang signifikan. Tetapi kini penguatannya mulai bergerak melambat. Menurut Analis Pasar Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rully Arya Wisnubroto, pada dasarnya nilai tukar rupiah memang sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi di luar negeri. “Sentimen kali ini datang dari Cina,” kata Rully.

Rully menuturkan data impor Cina lebih buruk dari yang diekspektasikan, sehingga hal ini mempertegas bahwa ekonomi emerging market (pasar negara berkembang) tengah mengalami perlambatan.

Rully menilai tidak mudah membuat rupiah tetap bertahan menguat dalam periode pemulihan jangka pendek. Yang paling penting saat ini, menurut dia, adalah terus meningkatkan kinerja perekonomian nasional, untuk tetap mempertahankan kepercayaan para investor. “Pertumbuhan ekonomi harus lebih baik pada kuartal III dan IV,” ujarnya.

Berdasarkan Bloomberg Dollar Index pada Rabu, 14 Oktober 2015 rupiah ditutup menguat 22 poin atau 0,16 persen ke Rp 13.616 per dolar AS, setelah pada Selasa, 13 Oktober 2015, rupiah sempat melemah 230 poin atau 1,72 persen ke Rp 13.638 per dolar AS.

AHMAD FAIZ IBNU SANI | GHOIDA RAHMAH


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*