Rupiah Melemah, PLN Catat Rugi Rp 27 Triliun dalam 9 Bulan

Jakarta -PT PLN (Persero) mengalami rugi bersih sebesar Rp 27,4 triliun pada triwulan III-2015, salah satunya akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tahun lalu pada periode yang sama PLN catat laba Rp 15,3 triliun.

Jadi ada penurunan kinerja sebesar 279% di akhir September secara year on year (yoy). Ssalah satu penyebabnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) listrik ini mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp 45,7 triliun.

Dalam keterangan resmi PLN, Kamis (28/10/2015), menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per 31 Desember 2014 dan per 30 September 2015 masing masing sebesar Rp 12.440 dan Rp 14.657.

Pendapatan usaha PLN di akhir September tercatat Rp 153,9 triliun, naik Rp 20,7 triliun atau 15,56%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 133,3 triliun.

Meningkatnya pendapat usaha tersebut, berasal dari volume penjualan listrik menjadi sebesar 149,7 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,94% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 146,8 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 910,61/KWh menjadi Rp 1.036,16/KWh.

Jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir kuartal III-2015 mencapai 60,3 juta pelanggan, atau naik 13,78% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 56,5 juta pelanggan.

Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 82,9% pada September 2014 menjadi 87,3% pada September 2015.

Namun, walau volume penjualan meningkat, namun beban usaha perusahaan turun sebesar Rp 13,3 triliun atau 7,45% menjadi Rp 164,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 177,9 triliun.

Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batu bara/energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar, serta turunnya harga komoditas energi primer.

Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM sebesar Rp 28,46 triliun sehingga pada kuartal III-2015 menjadi Rp 27,4 trilliun atau 50,93% dari tahun sebelumnya Rp55,9 trilliun.

Dengan hasil itu, laba usaha PLN di triwulan III-2015 mencapai Rp 41,8 triliun, turun sebesar Rp1,6 triliun atau 3,63% dibanding periode lalu sebesar Rp43,6 triliun.

Pada triwulan III-2015, PLN mencatat rugi bersih sebesar Rp 27,4 triliun terutama karena adanya rugi selisih kurs sebesar Rp 45,7 trilliun akibat menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

EBITDA PLN mengalami penambahan Rp 21,9 triliun dalam 9 bulan di tahun 2015 sehingga menjadi Rp 632,9 triliun per 30 September 2015 atau naik 3,59% dibanding 31 Desember 2014 sebesar Rp 611,1 triliun.

Kenaikan total aset ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan asset operasional ketenagalistrikan sebesar Rp 12,7 triliun (5,68%) sehingga menjadi Rp 549,5 triliun, sejalan dengan adanya investasi terutama pada proyek pembangkit dan transmisi.

Terkait diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai tahun 2012, maka sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha.

Kondisi ini berdampak pada liabilitas/hutang valas PLN meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valas.

Untuk mengurangi beban operasi akibat mata uang rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing terutama dolar AS, Perusahaan mulai bulan April 2015 telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan hutang usaha dalam valuta asing yang akan jatuh tempo.

(rrd/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*