Rupiah Giring Obligasi ke Zona Merah

INILAHCOM, Jakarta Mengakhiri pekan, mayoritas harga obligasi alami pelemahan seiring terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Padahal, pasar saham mampu menguat.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, berbalik melemahnya laju rupiah membuat laju pasar obligasi masih berada di zona pelemahannya. “Pelaku pasar pun masih melakukan aksi jualnya yang terlihat dari masih berlanjutnya pelemahan di pasar obligasi,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (18/9/2015).

Kondisi ini pun, sama seperti sebelumnya di mana pelemahan laju pasar obligasi tidak berjalan seiringan dengan pasar ekuitas yangmampu berbalik menguat. “Mayoritas harga obligasi mengalami penurunan yang terefleksi pada meningkatnya yield seluruh tenor,” ujarnya.

Pada obligasi pemerintah, laju yield cenderung mengalami kenaikandimana tenor jangka pendekkali ini memimpin kenaikan. Pergerakanyielduntuk masing-masing tenor rata-rata ialahuntukpendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami kenaikanyield6,43bps;tenor menengah (5-7 tahun) naiksebesar 1,79 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun 33,90bps.

Pada FR0070 yang memiliki waktu jatuh tempo 9tahun dengan harga 98,50% dan yield 8,63% atau naik 0,68bps dari sehari sebelumnya di harga 98,54% dan yield 8,62%. Untuk FR0071 yang memiliki waktu jatuh tempo 14 tahundengan harga 100,73% dan yield 8,90% atau naik3,43bps dari sehari sebelumnya di harga 101% dan yield 8,87%.

Sementara pada laju obligasi korporasi, memperlihatkan perubahan yield yang masih memperlihatkan kecenderungan kembali naik seiring masih adanya tekanan jual yang lebih tinggi pada beberapa seri obligasi korporasi.

Untuk yield pada rating BBB dengan tenor 9-10 tahun naikke kisaran 14,60%-14,65% dan pada rating AA tidak banyak berubah di kisaran 11,40%-11,45%. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*