Rupiah Ditutup Menguat ke Posisi Rp 13.643/USD

shadow

Financeroll Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (2/11) sore, menguat 41 poin menjadi Rp 13.643 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.684 per dolar AS.  Kurs rupiah bergerak di area positif seiring dengan data ekonomi yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait laju inflasi sesuai harapan pasar. Diharapkan situasi itu menjadi salah satu indikator perbaikan ekonomi domestik pada sisa tahun ini.

Untuk diketahui, BPS mencatat pada Oktober 2015 terjadi deflasi 0,08 persen yang dipicu oleh penurunan harga kebutuhan bahan makanan. Dengan terjadinya deflasi pada Oktober, maka inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 telah mencapai 2,16 persen dan inflasi secara tahun ke tahun (year on year) 6,25 persen.

Data selanjutnya yang dinanti pelaku pasar uang yakni produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2015 yang sedianya akan diumumkan pada pertengahan pekan ini. Diharapkan data PDB Indonesia mengalami pertumbuhan sehingga dapat meminimalisasi sentimen negatif yang datang dari global.  Perekonomian global yang masih melambat serta adanya potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) pada Desember masih membayangi laju rupiah ke depan.

Faktor global masih menjadi salah satu faktor utama yang menahan investor untuk masuk ke aset mata uang berisiko, termasuk rupiah.  Secara teknikal, laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah membentuk pola penguatan seiring dengan aliran dana asing dalam satu bulan terakhir mulai masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Kondisi itu membuka peluang konsolidasi dengan kecenderungan menguat. Nilai tukar rupiah dalam sepekan ke depan berpotensi menuju level Rp 13.400 per dolar AS. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (2/11) mencatat nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 13.682 dibandingkan dengan hari sebelumnya (30/10), Rp 13.639 per dolar AS. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*