Rupiah Ditutup Melemah di Posisi Rp 13.595/USD

Financeroll – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (6/6) sore bergerak menguat sebesar 227 poin menjadi Rp 13.368 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.595 per dolar AS. Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS menyusul adanya potensi penundanaan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni.  Data tenaga kerja AS pada Mei yang jauh di bawah harapan menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS. Akibat sentimen itu, pasar menilai sepertinya akan ada sentimen yang kuat kenaikan suku bunga akan ditunda. Laju penguatan rupiah juga ditopang oleh sentimen dari harga minyak mentah dunia. Kembali menguatnya laju harga minyak mentah memberikan sentimen positif pada negara penghasil komoditas seperti Indonesia. Terpantau harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin (6/6) sore ini berada di level 49,18 dolar AS per barel, naik 1,15%. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 50,21 dolar AS per barel, menguat 1,15%. Selain itu, angka penggajian pekerjaan nonpertanian (NFP) Amerika Serikat untuk bulan Mei telah mengejutkan pasar setelah menunjukkan laju pertumbuhan tenaga kerja ke level rendah sejak tahun 2010.  Angka NFP bulan Mei menjadikan pasar mengubah ekspektasi kenaikan suku bunga AS pada Juni menjadi Desember tahun ini.  Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (6/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.478 dibandingkan hari sebelumnya (3/6) Rp 13.612.   Bank Indonesia (BI) menurunkan batas minimum transfer dana melalui instrumen Real Time Gross Settlement (RTGS) menjadi Rp 100 juta dari Rp500 juta per instruksi mulai 1 Juli 2016. Direktur Eksekutif Penyelenggaraan …


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*