Respons The Fed, Rupiah Mendatar

Respons The Fed, Rupiah Mendatar

INILAH.COM, Jakarta – Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (15/1/2014) diprediksi mendatar. Pasar merespons para petinggi The Fed.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, rupiah memang berpeluang coba menguat terlebih dahulu untuk menguji level 12.000-nya per dolar AS Rabu ini. Akan tetapi, kata dia, untuk menguat lebih jauh agak sulit.

Sebab, jika pidato dua petinggi The Fed kemarin masih mendukung kebijakan tapering, akan memberikan dampak negatif bagi rupiah. “Karena itu, rupiah cenderung sideways dalam kisaran 12.000 hingga 12.100 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Lebih jauh Firman menegaskan, Rabu ini kemungkinan rupiah hanya sideways setelah dua hari terakhir cukup menguat. Ekspektasi penundaan tapering The Fed mungkin akan di-adjust atau didiskon oleh pasar seiring berlanjutnya publikasi data ekonomi AS dan juga serangkaian pidato dari para petinggi The Fed.

Selasa (14/1/2014), lanjut dia, memang pasar sudah mendapatkan data penjualan ritel AS yang sudah diprediksi masih negatif. “Angkanya sudah diprediksi melambat dari 0,7% menjadi 0,2%,” ujarnya.

Hanya saja, pada Rabu (15/1/2014) dinihari tadi, pasar sudah mendapatkan komentar dari Gubernur Federal Reserve Bank of Philadelphia Charles I Plosser dan Gubernur Federal Reserve of Dallas Richard W Fisher.

“Dua petinggi The Fed itu sudah diprediksi menegaskan keinginan mereka berdua untuk tetap melanjutkan kebijakan tapering Fed-nya meskipun data tenaga kerja AS akahir pekan lalu cukup mengecewakan,” timpal dia.

Lalu, pada Kamis (16/1/2014) besok, Gubernur The Fed Ben Bernanke akan menyampaikan pidatonya. “Apalagi, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tinggal sebentar lagi, pada 28-29 Januari 2014,” ungkap Firman.

Karena itu, perlu publikasi data AS yang lebih buruk dan pidato petinggi The Fed yang lebih dovish (pro moneter longgar) untuk menjaga sentimen pelemahan dolar AS. “Padahal, data eknomi AS cukup mixed dan sebagian petinggi The Fed kemungkinan masih menginginkan tapering sehingga sentimen pelemahan dolar AS sulit terjaga,” tuturnya.

Dia menegaskan, data ekonomi AS yang dirilis hingga akhir pekan lalu cukup variatif. Jadi, data Non Farm Payrolls memang buruk sekali.

Dianggap, kata dia, buruknya musim dingin di AS membuat perusahaan di negara adidaya itu enggan merekrut ataupun memicu tertundanya pencatatan data perekrutan data tenaga kerja. “Mungkin, ada harapan bahwa buruknya data tersebut bisa direvisi naik pada publikasi Non Farm Payrolls mendatang sehingga sentimennya tetap memperkuat dolar AS dan jadi tekanan negatif bagi rupiah,” imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (13/1/2014) ditutup menguat 115 poin (0,94%) ke posisi 12.040/12.060. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*