Respons Pidato Bernanke, Rupiah Melandai

Respons Pidato Bernanke, Rupiah Melandai

INILAH.COM, Jakarta – Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (17/1/2014) diprediksi melemah. Pasar merespons pidato gubernur The Fed semalam.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi pelemahan rupiah akhir pekan ini, salah satunya dipicu oleh Ben Bernanke yang semalam telah menyampaikan pidato. Pidato tersebut mungkin merupakan yang terakhir sebagai Gubernur The Fed.

Pasar, kata dia, akan mencermati pernyataan Bernanke setelah mendapatkan data tenaga kerja AS yang sangat lemah pekan lalu. “Karena itu, nilai tukar rupiah masih cenderung melemah dalam kisaran 12.060-12.200 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Menurut dia, jika tidak ada kejutan di mana Bernanke masih memberikan sinyal pemulihan pasar tenaga kerja AS secara bertahap menandakan bahwa tapering The Fed masih akan tetap berjalan secara gradual pula. “Artinya, sentimen pasar masih cenderung negatif untuk rupiah,” ujarnya.

Bernanke, lanjut dia, akan melihat kondisi tenaga kerja AS secara keseluruhan. “Tapi, berdasarkan laporan Beige book The Fed terakhir, outlook tenaga kerja AS masih positif. Kemungkinan Bernanke hanya memberikan parameter yang bisa memvalidasi optimisme outlook positif dari bank sentral tersebut,” tuturnya.

Lalu, kata Christian, laporan laba korporasi AS pada indeks Dow Jones juga bisa memberikan panduan terhadap perbaikan sentimen risk appetite (hasrat pada aset-aset berisiko). “Sebab, dengan meningkatnya laju laba bersamaan dengan membaiknya pemulihan ekonomi global, potensial menambah optimisme terhadap pemulihan ekonomi AS dan dari sisi sentimen, menguntungkan dolar AS,” ungkap dia.

Saat ini, menurut dia, dengan membaiknya minat pasar atas aset berisiko terjadi peralihan dari aset-aset safe haven ke saham. “Risk appetite menguntungkan rupiah hanya pada periode quantitative easing,” tandas dia.

Dengan berakhirnya era quantitative easing, lanjut dia, otomatis para investor lebih selektif dalam memilih high yield yang memiliki fundamental yang lebih solid seperti defisit yang lebih kecil.

“Defisit Indonesia saat ini masih belum terlalu positif sehingga rentan dan menjadi sentimen negatif bagi rupiah,” ucapnya.

Meskipun, sebelumnya, penguatan IHSG dalam beberapa hari terakhir juga telah menopang penguatan rupiah. “Tapi, karena indeks saham pun dilanda profit taking, rupiah juga kembali melemah,” imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (16/1/2014) ditutup melemah 35 poin (0,28%) ke posisi 12.115/12.120. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*