Rabu Siang, Rupiah Menguat ke Posisi Rp 13.155/USD

shadow

BenzanoLaju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu (16/3) pagi hingga siang,  bergerak menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp 13.151 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.155 per dolar AS.  Setelah nilai tukar rupiah mengalami koreksi pada perdagangan hari sebelumnya Selasa, 15/3), rupiah kembali bergerak menguat terhadap dolar AS meski tipis.

Pengumuman neraca perdagangan Indonesia yang surplus sebesar USD 1,14 miliar pada bulan Februari 2016 menjadi salah satu faktor yang menopang laju mata uang domestik sehingga kembali bergerak di area positif.  Meski demikian, penguatan rupiah masih cenderung terbatas, sebagian pelaku pasar uang di perdagangan valuta asing domestik terlihat masih cukup berhati-hati untuk mengakumulasi rupiah menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Pemangkasan kajian/outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 menjadi 5,1% dari sebelumnya sebesar 5,3% oleh Bank Indonesia (BI) turut menjadi salah satu faktor yang menahan penguatan rupiah lebih tinggi.  Salah satu data ekonomi Amerika Serikat yakni penjualan jasa ritel bulan Februari yang menurun meredupkan harapan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal pertama tahun ini.

Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Selasa bahwa perkiraan pendahuluan penjualan jasa ritel dan makanan AS untuk Februari menurun 0,1% dari bulan sebelumnya menjadi USD 447,3 miliar, di bawah ekspektasi pasar.  Bank sentral AS diprediksi tidak akan mengubah prospek kenaikan suku bunga dalam jangka pendek, situasi dapat menjadi sentimen bagi rupiah untuk melanjutkan penguatannya.

Petinggi bank sentral AS (Federal Reserve) dinilai tak mengubah besaran suku bunga dalam jangka pendek di pertemuan yang dilakukan selama dua hari mulai Selasa (15/3), tetapi juga memberi sinyal bahwa kenaikan akan terjadi asalkan tenaga kerja dan inflasi terus meningkat.  Seperti dikutip dari Reuters, seorang juru bicara The Fed mengatakan pertemuan dimulai pukul 13.00 waktu setempat. The Fed akan mengeluarkan pernyataan pada akhir pertemuan di hari Rabu pukul 14.00 waktu setempat, dan Ketua The Fed Janet Yellen akan mengadakan konferensi pers pukul 2.30.

Bank sentral AS menaikkan suku bunga pada bulan Desember lalu untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Namun ketidakpastian atas dampak pada ekonomi AS dari perlambatan ekonomi di China dan Eropa sejak awal tahun telah mendorong The Fed untuk menunda setiap tingkat lanjut kenaikan suku bunga sejak saat itu.  Sebuah data terbaru AS yang lebih kuat, termasuk pertumbuhan pekerjaan yang lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan Februari, telah mereda kekhawatiran dalam beberapa minggu terakhir.

Namun, jalan untuk kenaikan suku bunga berikutnya dinilai tidak akan lancar. Pasalnya penjualan ritel AS pada Februari dilaporkan lebih lemah dari bulan Januari, memperbaharui kekhawatiran atas prospek pertumbuhan domestik.   Prediksi dari 17 pejabat Fed dirilis setelah pertemuan berakhir pada Rabu (16/3) , dan kemungkinan memberi sinyal terdapat tiga atau mungkin dua kenaikan suku bunga tahun ini. Lebih lambat dari empat kenaikan suku bunga pada 2016 yang sebelumnya direncanakan.

Sejak pertemuan The Fed yang terakhir, inflasi AS telah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, dengan satu ukuran yang diterbitkan oleh Fed Dallas naik menjadi 1,9 persen, paling dekat dengan target The Fed dalam 2,5 tahun di angka 2 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran AS tercatat sebesar 4,9 persen pada Februari, mendekati level yang dinilai pejabat Fed mewakili kesempatan kerja penuh.  Keputusan Bank Sentral Eropa pekan lalu untuk memberikan kebijakan stimulus lebih lanjut dapat membantu menambah keyakinan bahwa tindakan telah diambil untuk mendukung pertumbuhan di Eropa.  Hal itu dinilai bisa berarti bahwa tingkat kenaikan suku bunga AS lanjutan akan terjadi pada pertengahan tahun, dan tergantung pada data ekonomi. [Sugeng R]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*