Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Terpangkas

INILAHCOM, Singapura – Bank Dunia, Senin (05/10/2015) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik. Tetapi, menghilangkan kekhawatiran hard landing atau pelambatan ekonomi secara mendadak sehingga mengakibatkan guncangan pelambatan ekonomi China.

Bank juga mengatakan mereka memperkirakan setiap kenaikan suku bunga AS akan memiliki dampak teratur namun memperingatkan risiko pasar bisa bereaksi tajam, menyebabkan mata uang regional akan jatuh lebih jauh. Dalam laporan tentang 14 negara yang pimpinan China, bank meminta mereka untuk mengurangi dampak dari pelambatan ekonomi China dan setiap kenaikan suku bunga AS dengan mengadopsi manajemen ekonomi makro yang prudent (hati-hati) dan reformasi struktural lebih dalam.

“Proyeksi pertumbuhan dasar untuk China dianggap lebih lanjut melambat secara bertahap pada 2016-17,” tegas bank, mengesampingkan kekhawatiran ekonomi terbesar kedua dunia itu bisa melambat tiba-tiba menyusul gejolak pasar saham dan pelemahan sektor manufaktur.

“China memiliki buffer (penyangga) kebijakan yang cukup untuk mengatasi risiko ini dan mencegah pelambatan tajam,” jelas bank.

Dalam prospek terbaru untuk wilayah tersebut, bank mengatakan produk domestik bruto (PDB) China perkiraannya tumbuh 6,9 persen tahun ini, sedikit turun menjadi 6,7 persen tahun depan dan 6,5 persen pada 2017. PDB naik 7,3 persen pada 2014. Perkiraan tersebut sedikit lebih rendah dari proyeksi bank, April 2015 lalu.

Untuk ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur-Pasifik, rata-rata pertumbuhan perkiraannya sebesar 6,5 persen tahun ini, 6,4 persen tahun depan dan 6,3 persen pada 2017. Itu turun dari pertumbuhan aktual 6,8 persen pada 2014.

“Ini terutama mencerminkan pelambatan moderat di Tiongkok,” kata bank.

Perkiraan 14-negara juga termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Mongolia, Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Timur. Di antara negara-negara besar di Asia Tenggara, Filipina dan Vietnam diperkirakan menjadi negara berkinerja lebih kuat karena harga komoditas lemah meredam pertumbuhan dalam ekspor minyak Indonesia dan Malaysia.

Ekonomi Filipina perkiraannya tumbuh 5,8 persen tahun 2015, 6,4 persen tahun 2016 dan 6,2 persen, 2017, dibandingkan dengan 6,1 persen pada 2014.

PDB Vietnam perkiraannya meningkat dari 6,0 persen pada 2014 menjadi 6,2 persen tahun ini dan masing-masing 6,3 persen selama dua tahun ke depan. Untuk Malaysia, pertumbuhan perkiraannya pada 4,7 persen tahun ini dan pada 2016, serta tumbuh 5,0 persen pada 2017 turun tajam dari 6,0 persen pada 2014.

Pertumbuhan Indonesia akan datang pada 4,7 persen tahun ini, 5,3 persen tahun berikutnya dan 5,5 persen pada 2017, dibandingkan dengan 5,0 persen pada 2014.

Bank Dunia mengatakan pihaknya memperkirakan bank sentral AS menaikkan suku bunganya dalam bulan-bulan mendatang, yang bisa mendorong modal mengalir kembali ke dalam ekonomi AS dari pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil yang lebih baik. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*