Prospek aluminium menunggu keputusan The Fed

JAKARTA. Pergerakan harga aluminium masih akan fluktuatif sebelum keputusan suku bunga The Fed. Tahun depan, aluminium belum dapat pulih mengingat kondisi ekonomi China yang terus melambat.

Mengutip Bloomberg, Rabu (9/12) pukul 12.45 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,5% dari sehari sebelumnya ke US$ 1.485 per metrik ton. Sementara sepekan terakhir, aluminium hanya naik tipis di bawah 0,01%.

Angka inflasi China bulan November 2015 sebesar 1,5% atau naik dari sebelumnya 1,3% serta di atas proyeksi sebesar 1,4% memicu kenaikan aluminium dan logam industri lainnya.

Sebelumnya aluminium sempat naik signifikan selama sepekan karena ekspektasi membaiknya permintaan dari Amerika Serikat (AS) setelah data tenaga kerja dan tingkat pengangguran cukup menggembirakan. China sebagai salah satu produsen sekaligus konsumen aluminium terbesar di dunia setuju untuk memangkas produksi lantaran harga yang terlalu rendah.

Namun demikian, prospek aluminium belum dapat dikatakan membaik. Pengamat Komoditas SoeGee Futures, Ibrahim mengatakan, perlambatan ekonomi masih akan berlanjut hingga tahun depan. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi China tahun depan hanya sebesar 6,5% atau lebih buruk dari proyeksi tahun ini sebesar 6,8%. “Jika dilihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi, wajar jika permintaan aluminium pun akan melemah,” paparnya.

Melambatnya ekonomi China akan berdampak secara global, terutama bagi Eropa dna Amerika Serikat. Hal tersebut mengingat sebagian besar obligasi AS dan Eropa dikuasai oleh China.

Di samping itu, harga komoditas akan menghadapi tantangan lain, yakni kemungkinan naiknya suku bunga The Fed. “Sebelum kenaikan suku bunga jelas, pergerakan harga aluminium akan sulit ditebak,” lanjut Ibrahim.

Harga alumunium juga tergantung pada pergerakan dollar AS. Sementara volatilitas USD sangat tinggi menjelang keputusan suku bunga The Fed. Awal bulan ini index USD sempat melambung hingga di atas level 100 setelah pejabat The Fed menguatkan potensi kenaikan suku bunga. Selanjutnya, index USD perlahan turun lantaran rapat Bank Sentral Eropa (ECB) menghasilkan keputusan stimulus ekonomi Eropa tidak agresif.

Jika The Fed akhirnya menaikkan suku bunga, Ibrahim menduga harga aluminium dapat tertekan hingga US$ 1.200 per metrik ton. Namun , jika suku bunga ditahan, aluminium akan melambung hingga US$ 1.650 per metrik ton setidaknya hingga akhir tahun.

Lalu tahun depan, harga aluminium akan kembali tertekan. “Kuartal pertama tahun 2016 aluminium bisa kembali melemah,” ujar Ibrahim. Awal tahun yang masih memasuki musim dingin membuat aktifitas ekonomi cenderung menurun terutama di negara empat musim seperti AS, Eropa dan China. Hal ini akan berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*