Produksi Industri September Jepang Datar Akibat Pelemahan Belanja Konsumen dan Ekspor

Produksi industri Jepang terhenti pada bulan September sebagai tanda mengkhawatirkan bahwa ekonomi, yang sudah berjuang untuk pemulihan mantap, mungkin akan kehilangan beberapa momentum karena belanja konsumen dan ekspor yang lemah.

Produksi industri tidak berubah pada bulan September dari bulan sebelumnya. Yang dibandingkan dengan estimasi median dalam jajak pendapat Reuters dari kenaikan 1,0 persen dan diikuti peningkatan 1,3 persen pada Agustus, demikian data Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri menunjukkan pada hari Senin (31/10).

Para ekonom mengatakan produksi mungkin tidak meningkat banyak dalam beberapa bulan mendatang. Data lain yang menunjukkan konsumsi lemah dan penurunan harga konsumen bisa meningkatkan ekspektasi bahwa Bank of Japan akan mengulur kembali waktu untuk mencapai target harga.

Produksi industri datar pada bulan September karena penurunan produksi semikonduktor dan komputer pribadi mengimbangi keuntungan di peralatan mobil dan konstruksi.

Produsen yang disurvei oleh kementerian memperkirakan produksi naik 1,1 persen pada Oktober dan memperoleh 2,1 persen pada November, tapi perkiraan mereka sering terlalu optimis, ekonom mengatakan.

Secara keseluruhan persediaan turun 0,4 persen versus peningkatan 0,3 persen pada bulan sebelumnya, tetapi ada tanda-tanda bahwa persediaan tinggi di beberapa industri bisa mengekang produksi masa depan, menurut ekonom di UBS Securities.

Persediaan ponsel dan sistem navigasi mobil melonjak 14,1 persen, kenaikan tercepat dalam enam bulan. Persediaan peralatan konstruksi juga naik 1,2 persen pada September.

Pada kuartal Juli-September, produksi industri naik 1,1 persen, lebih cepat dari kenaikan 0,2 persen pada kuartal sebelumnya, namun ekonom mengatakan pertumbuhan bisa sedikit pada bulan Oktober-Desember.

Setelah pindah ke kerangka kebijakan baru yang menargetkan suku bunga daripada hanya uang primer bulan lalu, BOJ kemungkinan akan menunda memperluas stimulus pada pertemuan yang berakhir pada 1 November. Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa bank sentral akan memangkas inflasi sediit pada tahun fiskal berikutnya, mencerminkan konsumsi lemah dan penurunan biaya impor.

Tinjauan kebijakan dapat juga memperpanjang jangka waktu untuk mencapai target ambisius inflasi. Saat ini, BOJ memproyeksikan inflasi mencapai 2 persen selama tahun fiskal yang berakhir Maret 2018.

Doni/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*