Prediksi kenaikan permintaan dorong harga minyak

JAKARTA. Harga minyak mendapatkan berbagai sentimen positif. Harapan kenaikan permintaan minyak serta melemahnya nilai tukar dollar AS mendorong harga minyak selama sepekan terakhir.

Mengutip Bloomberg, Jumat (9/10) harga minyak kontrak pengiriman November 2015 di bursa New York Mercantile Exchange naik tipis 0,4% dibanding sehari sebelumnya menjadi US$ 49,63 per barel. Sepekan terakhir harga minyak menanjak 9%.

Harga minyak mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Agustus lalu di tengah adanya spekulasi kenaikan permintaan. Sekretaris Jenderal OPEC, Abdalla Salem El-Badri meramalkan penggunaan minyak dunia tahun ini akan melebihi perkiraan. Kenaikan permintaan ini diharapkan mengurangi kelebihan pasokan minyak dunia.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, melemahnya nilai tukar dollar AS turut mendukung penguatan harga minyak di samping adanya harapan peningkatan permintaan dan turunnya persediaan minyak AS. Nizar mengatakan, dalam pergerakannya di akhir pekan lalu minyak bahkan sempat menyentuh level US$ 50 per barel.

Berdasarkan Energy Information Association (EIA), output minyak AS turun dari 9,6 juta barel per hari di bulan Juli lalu menjadi 9,2 juta barel per hari pada pekan lalu. “Data ini mendukung momentum bullish pada harga minyak,” ujar Nizar.

Nizar mengatakan, kenaikan harga minyak juga menyusul proyeksi analis energi, PIRA Energy yang memperkirakan harga minyak akan naik ke level US$ 70 per barel pada tahun 2016 dan US$ 75 per barel di tahun 2017. “Sebelumnya PIRA memprediksi harga minyak tahun ini akan jatuh dan proyeksinya benar sehingga pasar mempercayai proyeksi dari PIRA,” lanjut Nizar.

Namun demikian, kenaikan lanjutan harga minyak menurut Nizar perlu didukung oleh kondisi fundamental yang mendukung kenaikan harga. Pasalnya, meski permintaan diperdiksi naik serta persediaan menurun, kondisi oversupply masih terjadi.

Editor: Yudho Winarto.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*