Pesimisme BI dan JK Halangi Penguatan IHSG Sepekan

INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan terakhir, penguatan IHSG terhitung tak seberapa. Ini lantaran pernyataan pesimistis dari Bank Indonesia dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Seperti apa?

Pada perdagangan sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 19,85 poin (0,45%) ke angka 4.380,32 pada pekan yang berakhir Jumat (18/9/2015) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 4.360,47 pada Jumat (11/9/2015).

“Laju IHSG hanya naik tipis sepanjang pekan kemarin,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (20/9/2015).

Di tengah kekhawatiran akan pergerakan yang cenderung fluktuatif, laju IHSG mampu mengalami kenaikan di awal pekan seiring kembalinya pelaku pasar melakukan aksi beli lanjutan dari akhir pekan sebelumnya. Laju IHSG pun dapat kembali mengalami kenaikan lanjutan.

Di satu sisi, pelaku pasar masih berkeinginan untuk kembali melanjutkan kenaikan. Di sisi lain,tampak sebagian pelaku pasar lebih memilih menunda masuk dan ada pula yang memanfaatkan kenaikan tersebut untuk trading jangka pendek serta profit taking.

Kondisi ini pun terlihat dari cenderung sepi dan menurunnya nilai dan volume transaksi. Sikap galau pelaku pasar itu pun dipicu oleh wait and see jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG)Bank Indonesia dan the Federal Open Market Committee (FOMC)Meeting.

Tidak hanya itu, laju rupiah yang kembali anjlokmenahan laju IHSG untuk dapat naik lebih tinggi. “Kekhawatiran kami akan terjadinya pelemahan kian terbukti di mana laju IHSG berbalik melemah di perdagangan hari kedua pekan kemarin,” ucapnya.

Kembali maraknya aksi ambil untung membuat laju IHSG pun tidak kuat menahan serangan aksi jual tersebut dan berbalik melemah. Imbas dari masih melemahnya harga minyak mentah global, masih nyamannya rupiah di zona merah, hingga imbas variatif cenderung melemahnya laju bursa saham Asia memberikan tekanan pada laju IHSG.

Tak ketinggalan, rilis neraca perdagangan belum memberikan sentimen positif. “Sell-offbahkan tak jarang cut loss pun dilakukan untuk keluar pasar yang menurut kami tidak perlu sampai berlebihan seperti itu,” timpal dia.

Pelemahan juga masih dipicu responsnegatif pelaku pasar terhadap kembali melemahnya nilai tukar rupiah. Di sisi lain, ada kemungkinan pelaku pasar terutama asing sudah mulai berkurang minat di bursa saham dan obligasi yang bukan karena bursanya namun, tidak adanya dukungan dari sisi makrofundamental.

Pasca melemah, laju IHSG kembali menguat meski tipis yang dipicu imbas positifnya laju bursa saham AS sebelumnya setelah dirilisnya penurunan MBA mortgage applications dan rendahnya inflasi sehingga memberikan persepsi The Fed masih akan ragu untuk menaikan suku bunganya. “Pelaku pasar pun memanfaatkan momentum tersebut untuk kembali melakukan aksi beli meski tidak telalu besar untuk membentuk technical rebound sementara,” ucapnya.

Masih melemahnya laju rupiah tidak terlalu menjadi penghalang penguatan IHSG. Penguatan saham-saham di sektor konsumer dan beberapa bank cukup membuat laju IHSG dapat bertahan di zona hijaunya.

Penguatan hingga akhir pekan tidak bertahan lama yang disebabkan pelaku pasar yang menyadari bahwa rupiah masih terus mengalami pelemahan, imbas pembukaan bursa saham Eropa yang melemah, hingga pernyataan pesimistis dari para pejabat terkait perkembangan ekonomi Indonesia.

Diantarapernyataan pesimistis berasal dari BI yang menyebutkan akan adanya risiko default terhadap utang luar negeri Indonesia pada sektor swasta non-bank. Begitu juga dengan Wapres JK yang akhirnya menyadari bahwa Indonesia sedang krisis dan membutuhkan tambahan pinjaman untuk membiayai anggaran negara dan untuk meredam krisis di sektor keuangan dan sektor riil. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*